Hari ketiga kami puas mengunjungi Wang Saen Suk Hell Garden. Hari keempat kami isi dengan rencana anniversary dinner. Tepatnya sih hari jadian kami jatuh pada tanggal 2 November, namun berhubung cruise yang kami incar hanya tersedia tanggal 1 November, gapapa deh kami merayakan malam anniversary kami.
Pagi hari, kami cabut alias check-out dari Baiyoke Sky Hotel yang sudah kami inapi tiga malam. Saatnya mencoba hotel baru, dan kali ini pilihan kami jatuh pada IR-ON Hotel. Dari daerah Pratunam kami pindah ke pinggiran Sukhumvit alias Klong Toey, tepatnya di 10/10 Sukhumvit 36, Klongton, Klong Toey.
Kami pesan langsung lewat website hotel, meskipun bisa juga sih pesan IR-ON Hotel lewat Booking.com. Meskipun kami datang lebih awal sebelum jam 12, ternyata kamar sudah siap.
Seperti tampilan di website, kamar IR-ON Hotel beneran cantik! Kami langsung jatuh cinta. IR-ON Hotel yang merupakan hotel lokal dan tidak seberapa besar, langsung bikin kami betah dan kerasan.
Memang sih, lokasi hotel mungil ini tidak tepat di jalan besar. Namun lumayan mudah dicapai dari mana-mana.
Usai kami melepas lelah, kami langsung jalan kaki mencari makan siang. Mengandalkan Google Maps, tentu. Yang akhirnya membawa kami ke sebuah pusat pertokoan mungil bernama Maze Thonglor. Butik-butik dan kafe yang ada di sana cantik de. Trus kami nongkrong deh di kafe ini.
Usai makan siang, kami pesan Grab untuk mengantar kami ke Mega Bangna Mall. Lokasinya di pinggiran Bangkok. Ibaratnya kalau di Jakarta, kayak pergi ke IKEA Alam Sutera gitu deh.
Ada satu toko yang kami incar. Dari hari sebelumnya, kami cari di Siam Paragon dan mall lainnya kagak ada. Berbekal kegigihan riset, kami dapatlah kasak-kusuk bahwa toko Dr. Martens ada di Mega Bangna.
Soal harga, sebenarnya beda tipis sama di Jakarta. Hanya saja, model yang ada di Bangkok ini bisa saja nggak ada di Jakarta. Misalnya seperti seri Pascal Pride di foto atas ini.
Mega Bangna termasuk salah satu mall terbesar di Asia Tenggara. Mall ini juga bersebelahan sama IKEA loh. Ada sekitar 450 brand terkemuka di mall ini. Karena kami menghemat energi untuk acara malam, kami cuma jalan-jalan sekedarnya saja di Mega Bangna Mall.
Sebelum terlalu capek, kami buru-buru cabut dari Mega Bangna. Lagi-lagi pesan Grabcar. Andalan banget deh! Meskipun sebenarnya, tarif Grabcar di sana terkadang lebih mahal daripada taksi. Tapi kami merasa lebih secure saja, karena semua pesanan tercatat di aplikasi ‘kan, beda dengan kalau cegat taksi di jalan. Jadi kalau ada masalah sama driver, paling nggak kami bisa komplain ke manajemen Grab. Gitchu.
Kami pulang ke hotel dan bersiap-siap untuk romantic dinner yang sudah kami nantikan pun jauh sebelum memulai Bangkok Trip ini. Tetap naik Grabcar, kami menuju Banyan Tree Hotel. Ceritanya memanfaatkan free shuttle dari hotel menuju dermaga. Daripada naik taksi, konon jalurnya jalur macet.
Karena kami takut macet, alhasil kami tiba di hotel satu jam sebelum waktu yang ditentukan. Sungguh turis yang taat waktu bener ‘kan. Yang berprinsip lebih baik datang lebih cepat, daripada telat trus ngamuk-ngamuk di Instagram kalau ditinggal. Eh.
Untungnya, bapak concierge yang kami temui di lobby memberikan ide cemerlang. Mengapa kami tidak menunggu saja di Vertigo Bar? Sungguh suatu usaha upselling yang brillian.
Nggak nyesel deh menuruti anjuran bapak concierge tadi. Rooftop Bar ini terletak di lantai 61, dan kita bisa memandang lepas 360 derajat menelusuri Kota Bangkok.
Ada dua area di Vertigo Bar. Untuk yang mau makan malam, atau yang sekedar nongkrong seperti kami. Suasana sore itu meriah banget. Rooftop bar yang ini memang termasuk yang terfavorit di Bangkok.
Segelas martini dan midori cukuplah untuk menghabiskan waktu. Yang bikin terkesan, para pramusaji di sini benar-benar melayani tamu sepenuh hati sampai urusan selfie pun mereka bantu. Teknik foto sungguh mengesankan. Lampu meja mereka pegang saat mereka mengarahkan kamera hape. Dengan teknik lighting begini, foto jadi sempurna. Dan saya jadi kepikiran, jangan-jangan lampu meja didesain khusus agar bisa berfungsi sebagai lampu kamera. Brilian!
Akhirnya jam tujuh kami turun kembali ke lobby. Sambil menunggu shuttle siap, seorang butler mendata apakah kami mempunyai alergi makanan. Contohnya kayak pacar saya yang alergi udang. Semua makanan yang nanti disajikan, khusus untuk pacar saya tidak akan mengandung udang.
Dari hotel, kami naik van bersama tamu-tamu lain menuju dermaga di River City. Nggak pakai lama, kami sudah di cruise yang ditata apik.
Bersiap makan malam!
Cruise mulai berjalan dengan kecepatan sedang sementara makanan pembuka mulai dihidangkan. Sambil menikmati hidangan, kami juga menikmati pemandangan tepi sungai. Pastinya beda ya waktu malam dengan siang saat kami juga menyusuri Chao Praya River menuju Asiatique di hari pertama. Kalau malam, apalagi di atas Apsara Cruise ini, benar-benar romantis deh!
Saat cruise melintas di Wat Arun, cruise berhenti sejenak. Setiap penumpang diberi kesempatan untuk berfoto berlatar belakang Wat Arun yang anggun dan megah. Ada juru foto khusus, dan sebelum kita turun kapal nanti, hasil cetakan fotonya sudah bisa kita bawa pulang. Nggak ada tambahan biaya lagi karena sesi foto ini sudah termasuk dalam program.
Selama dua jam kami dimanjakan oleh perjalanan cruise mengarungi Chao Praya River plus makan malam yang sungguh mengesankan.
Saat mendarat kembali di River City, kami memutuskan pulang naik taksi. Keputusan yang salah. Lebih baik ikut shuttle kembali ke Banyan Tree Hotel, baru naik taksi atau Grabcar. Soalnya, dari River City semua taksi nggak mau pakai argo. Kami harus membayar THB 200 untuk sampai ke IR-ON hotel. Padahal kalau pakai argo atau Grabcar, kami perkirakan cuma butuh separuhnya.
Bagaimanapun, insiden digetok taksi tidak mengurangi kegembiraan kami. Apsara Cruise sungguh mengagumkan. Layanan bintang lima deh, melebihi ekspektasi kami.
Begitulah. Nggak terasa sudah hari keempat kami lewati ya. Kira-kira, ada apa di hari kelima? Tetap ada keseruan, pastinya!