Seperti yang saya tulis sebelumnya, tahun 2018 kemarin saya dan kekasih merayakan hari jadi yang kelima di Da Nang, Vietnam. Apes, hape saya hilang di taksi pas sudah tiba kembali di ibukota Jakarta nan jahanam ini. Karena itulah, posting laporan perjalanan anniversary trip kami tertunda sekian lama.
Dan karena sudah ganti tahun pula, ingatan sedikit samar jadi saya ringkas saja perjalanan kami dalam beberapa posting. Biar nggak ada utang nulis, dan siapa tahu setelah menulis laporan perjalanan ini, saya jadi lancar ngeblog lagi. Baiklah.
Da Nang menjadi tujuan kami karena sepertinya kota ini tenang, adem ayem, nggak seheboh Ho Chi Minh ataupun Hanoi. Dan melihat foto-foto Golden Bridge yang wira-wiri di timeline medsos, kami jadi tergoda untuk mengunjungi Da Nang segera.
Kota Da Nang terletak di bagian timur Vietnam, tepatnya di South Central Coast. Boleh dibilang, di antara Ho Chi Minh dan Hanoi. Sebagai destinasi wisata, Da Nang lebih populer sebagai tujuan MICE, meski tetap untuk wisata leisure pun oke.
Table of Contents
ToggleHow to get there
Banyak penerbangan tersedia untuk mencapai Da Nang. Kami memilih naik Jetstar untuk keberangkatan. Dari Jakarta pagi hari, transit di Singapore selama 7 jam, lalu lanjut ke Da Nang. Sampai di Da Nang malam hari, langsung check in di hotel sekitar jam 9 malam.
Untuk pulangnya, kami memilih AirAsia yang transit di Kuala Lumpur. Karena delay di Da Nang dan juga di Kuala Lumpur, alhasil kami tiba kembali di Jakarta sekitar jam 2 pagi.
Setiba di Da Nang, kami sudah dinanti oleh driver yang kami pesan lewat Klook. Beliau menunggu sementara kami ke kios tempat kami memasang SIM Card yang juga kami pesan lewat Klook. Pokoke sekarang jalan-jalan ke overseas nggak usah pusing, pakai saja Klook!
Hotel di Da Nang
Seperti biasa, kami mencari hotel yang tidak begitu besar (malas bercampur dengan banyak tamu), namun cantik dan nyaman. Pilihan jatuh pada Moc Lan Boutique Hotel. Hotel mungil ini cantik banget kamarnya, dengan dekorasi ala Golden Girls (kebetulan pacar saya penggemar film series ini). Lokasi Moc Lan Hotel sebenarnya tidak begitu strategis, karena ada di area permukiman, tapi cukup dekat dengan jalan raya dan mudah memanggil Grab atau taksi.
“Kekurangan” Moc Lan Hotel cuma satu: nggak ada lift. Saat kami pesan di Booking.com, memang sudah dicantumkan di sana bahwa hotel ini tidak memiliki lift. Untung staf hotel sigap membawakan koper-koper kami ke kamar di lantai 7. Lumayan ‘kan, naik turun tangga ke dan dari lantai 7. Yah, hitung-hitung olahraga menghilangkan lemak babi yang kami santap selama di Da Nang.
Kami menginap di Moc Lan Hotel selama empat malam, lalu pindah ke Santori Hotel Da Nang Bay. Distrik di mana Santori Hotel berada ini beda dengan MocLan. Lebih dekat ke kehidupan lokal, jadi nggak turistik banget. Hotelnya cantik, sayang sepi karena kata staf front office, persaingan hotel di Da Nang sangat keras. Sayangnya lagi, kolam renang di Santori Hotel pada saat itu sedang under maintenance.
Pelayanan staf oke banget. Hape saya yang tertinggal di mobil yang menghantar kami pulang ke bandara, nggak masalah, langsung diantar kembali ke bandara dengan selamat. Santori Hotel cukup dekat dengan bandara. Hanya sekitar 10 menit lewat jalan tol.
Transportasi di Da Nang
Andalan kami tetaplah Grab. Kalau terpaksa naik taksi, pilih taksi Mai Linh yang terpercaya. Jangan naik taksi sembarangan untuk menghindari scam (kami trauma dengan pengalaman dikerjain taksi saat di Ho Chi Minh).
Sebenarnya di bulan November 2018 itu, Go-Jek sudah launching di VIetnam dan beroperasi dengan nama Go-Viet. Niatnya sih kami mau coba, apadaya harus install aplikasi baru (Go-Jek yang di Indonesia nggak bisa dipakai di sana) dan mendaftar lagi dengan nomor telepon lokal. Yasudahlah, akhirnya kami balik lagi mengandalkan Grab.
Payment pakai uang tunai karena OVO nggak bisa dipakai di Vietnam. Akibatnya nggak bisa dapat tarif diskon deh, dan menurut perasaan kami, harga Grab di Da Nang lebih mahal daripada Ho Chi Minh atau Bangkok.
Itinerary Da Nang Trip
- Hari Pertama: Jakarta-Singapore-Da Nang
- Hari Kedua: Wisata kuliner
- Hari Ketiga: Golden Bridge di Ba Na Hills
- Hari Keempat: Wisata kuliner lagi
- Hari Kelima: Hoi An Evening Tour
- Hari Keenam: Enjoy the evening at Rooftop Bar
- Hari Ketujuh: Bye, Da Nang!
Kalau dilihat itinerary kami, memang santai banget ya. Seperti bisa dibaca di tulisan-tulisan tentang anniversary trip kami tahun sebelumnya, kami memang bukan tipe wisatawan yang mengejar target harus mengunjungi ini itu dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Untuk perjalanan kami ini, target kami cuma mengunjungi Golden Bridge yang ada di Ba Na Hills, menikmati malam di salah satu rooftop bar di Da Nang, wisata kuliner mencicipi pho dan makanan lokal lainnya.
Simple, ya?
Golden Bridge di Ba Na Hills
Pernah nggak lihat foto-foto berseliweran di medsos yaitu foto jembatan yang menarik hati dengan telapak tangan menadah di sisi kiri kanan jembatan? Nah, itulah Golden Bridge. Alasan utama kami ke Da Nang.
Kami mengambil paket tour Ba Na Hills dari Klook. Tour sudah termasuk transportasi untuk kami berdua selama 10 jam dengan pick-up di hotel, dan termasuk tiket masuk Ba Na Hills. Kami dijemput tepat waktu. Driver yang menjemput kami berbahasa Inggris terpatah-patah, jadi sepanjang jalan banyakan diem dah, mencermati pemandangan kiri kanan yang serasa kayak di Pulau Jawa aja.
Perjalanan selama 1 jam 45 menit melewati jalanan bagus dan mulus sampai ke kompleks Ba Na Hills. I bet penduduk Vietnam sangat sadar akan pentingnya infrastruktur. He he he.
Begitu tiba, kami harus menukarkan voucher dari Klook dengan tiket masuk Ba Na Hills. Ternyata masing-masing travel agent punya meja tempat penukaran voucher. Tinggal cari yang berbendera Klook aja.
Sebelum masuk kompleks, tas kita akan diperiksa oleh petugas. Pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam kompleks Ba Na Hills.
Ba Na Hills ini terletak di perbukitan (yaelah, dari namanya juga udah kelihatan yak) dengan ketinggian 1,487 meter dan merupakan kompleks yang didesain khusus untuk para wisatawan. Jadi nggak heran kalau sangat turistik.
Banyak spot menarik untuk foto-foto. Nggak bakal bosan deh di sini, karena kompleksnya sangat luas. Ada waterpark juga.
Setelah foto-foto di area depan, kami naik cable car. Berbekal peta di leaflet yang dibagikan untuk setiap pengunjung, kami mencari stasiun pertama kami untuk menuju ke Marseilles Station. Nama-nama stasiun di sini susah diingat, karena pakai nama-nama Perancis. Ternyata memang ada French Village di Ba Na Hills.
Akhirnya cable car datang. Kita harus sedikit melompat karena cable car ini tidak berhenti total melainkan mengurangi kecepatannya sedikit demi sedikit. Satu cable car berisi dua tempat duduk yang berhadapan, dan total bisa diisi 6 orang dewasa.
Sayang sekali hari itu mendung dan hujan mengancam. Saat tiba di stasiun, kami langsung menuju ke Golden Bridge.
Pemandangan indah meskipun berselimut kabut tebal, tapi seperti meme yang banyak beredar, yang kita harapkan saat mengunjungi obyek wisata bisa jadi sangat berbeda dengan apa yang kita lihat di brosur. Di brosur, jembatan Golden Bridge ini sangatlah agung mempesona. Kenyataannya? Penuh turis sampai harus mengantri jika mau berfoto di titik-titik yang berlatar belakang bagus.Dan ternyata jembatannya cuma seuplik. Gak sepanjang yang kami kira.Tapi okelah.
Selepas Golden Bridge, kami melanjutkan perjalanan dengan cable car. Banyak taman-taman di sini dengan berbagai tema. Dan di puncak bukit, kami makan siang di restoran yang sudah ditentukan (tiket sudah termasuk obyek wisata plus makan siang prasmanan dan beberapa kupon diskon).
Makan siang bergaya prasmanan lumayan banget bikin kami bolak-balik ambil makanan yang lezat. Dapat segelas wine. Udara dingin, namanya juga di puncak bukit, plus gerimis sudah mulai mengancam.
Selesai makan siang, kami berjalan-jalan mengeksplor kompleks Ba Na Hills ini. Mengunjungi taman demi taman. Foto-foto. Untung sudah sedia jas hujan, jadi kami nggak panik saat hujan lumayan deras.
Di Ba Na Hills ini, banyak hotel berbintang di puncak bukit dengan gaya bangunan semacam kastil kuno. Cocok buat honeymooner, kalau sudah masuk kamar pasti nggak maunya kruntelan di kamar saja karena cuaca mendukung. Cocok juga buat yoga lovers, karena banyak kelas yoga ditawarkan. Bayangkan, dengan udara dingin di puncak bukit, plus suasana yang hening di pagi hari sebelum turis datang menyerbu, sungguh kontemplatif deh!
Jelang jam tiga sore, kami mulai turun. Dengan cable car tentunya. Pemandangan turun jauh lebih mengagumkan ketimbang kami naik tadi, karena jalurnya juga beda.
Sampai di parkiran, driver menjemput kami dan kami meluncur kembali ke kota Da Nang. Kami minta driver menurunkan kami di Cong Caphe yang ngetop banget di kalangan turis Korea. Jadi sebenarnya, paket tour kami isinya ya cuma transfer in-out plus tiket masuk. Tapi recommended, karena kita nggak usah pusing lagi mengatur satu demi satu.
Segini dulu ya, lanjut lagi di cerita selanjutnya tentang kunjungan kami ke Kota Hoi An.