Pengalaman career switching

Career Switch: Perjalanan Karir dari Tour Guide ke Project Manager

Ini pengalaman saya berpindah haluan soal profesi, alias career switching.

Sering kali kita melihat iklan di medsos yang memberikan iming-iming untuk berubah profesi, atau istilah kerennya: career switch. Iklan semacam ini biasa dilansir oleh bootcamp atau lembaga kursus online. Siapa yang tidak tertarik menjadi data scientist, misalnya, dengan gaji belasan juta (katanya)? Atau siapa yang tidak tergiur mendengar jasa pembuatan website bisa mendatangkan penghasilan 15 juta per website? Tidak peduli apa latar belakang pendidikan dan pekerjaan kita, pasti bisa belajar, demikian bombardir iklan-iklan tersebut.

Saya sendiri mengalami perubahan karir berulang kali. Bahkan, setelah saya merenung demi menulis artikel ini, perubahan karir sudah saya alami sejak tahun-tahun pertama saya bekerja.

Nah, siapa tahu kalian ada yang terpikir untuk career switch, semoga tulisan kali ini memberi manfaat dan inspirasi, ya!


Perjalanan karir saya

Pekerjaan pertama saya adalah English licensed tour guide. Memang statusnya freelance alias pekerja paruh waktu yang tidak terikat pada perusahaan mana pun. Pekerjaan ini saya jalani sembari kuliah pariwisata. Hitung-hitung, praktik ilmu yang saya dapatkan di bangku kuliah.

Pekerjaan kedua, masih sambil menyelesaikan kuliah, adalah menjadi staf reservasi di sebuah travel agent. Ini pekerjaan kantoran, 9-to-5 gitu deh. Karena kuliah sudah di tahun terakhir, jadi banyak kelonggaran untuk saya.

Lulus kuliah pariwisata, saya menetapkan diri untuk tetap menjadi pekerja kantoran. Padahal, di awal tahun 2000-an itu, menjadi tour guide jauh lebih mendatangkan banyak uang ketimbang kerja kantor. Komisi yang saya dapat dari sekali jalan, bisa melebihi gaji bulanan saya.

Setelah delapan tahun bekerja di perusahaan yang sama, saya resign dan ini jadi awal perubahan karir saya. Sebelumnya, sebagai staf travel agent, saya handle reservasi dan contracting. Setelah itu, saya mulai berkenalan dengan web development, karena saya bergabung dengan sebuah startup di Bali.

Tapi momentum perubahan karir saya terjadi di tahun 2011. Saat itu, saya bergabung dengan startup di bawah naungan Bakrie Group. Sebenarnya saya direkrut sebagai Head of Contracting, tetapi karena satu alasan dan lain hal, saya menjadi Head of Special Projects. Alias, jadi project manager.

Dan setelah itu, pekerjaan saya sampai kini berkisar di dunia software development. Meskipun masih bekerja di industri pariwisata, tetapi saya sudah tidak mengurusi operasional lagi.

Career switch selanjutnya nyaris tidak saya sadari. Dari PM, jadi PM. Lho, kok?

Iya. Dari Project Manager, jadi Product Manager.

Dan juga berubah industri. Dari pariwisata, bergeser ke industri kesehatan.

Sekarang, jabatan official saya adalah project manager di sebuah startup kesehatan. Namun, pada praktiknya saya juga mengerjakan product management bersama anggota tim lainnya. Saya menikmatinya!


Persiapan untuk career switching

Sebenarnya, saya tidak pernah bersiap secara khusus untuk berpindah haluan. Lha di tahun 2011 itu, tiba-tiba pakbos saya yang orang Jerman dan Perancis itu, menawari apakah saya bersedia menjadi Head of Special Projects, instead of Head of Contracting.

Berkaca dari pengalaman saya, berikut adalah hal-hal yang harus kita persiapkan jika kita memang berniat untuk berganti karir.


1. Mantapkan hati

Jangan karena tren sekarang sedang booming tech industry, lalu kita ingin jadi programmer atau data scientist. Lalu setelah belajar, ternyata mengalami kesusahan, dan akhirnya tidak menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan pemrograman atau data scientist.

Mantapkan dulu pilihan kita. Yakinkan diri bahwa bidang baru yang kita pilih itu sesuai dengan kemauan dan kemampuan kita. Cari referensi sebanyak-banyaknya, agar kita tidak salah menetapkan pilihan, dan tidak membuang-buang waktu.


2. Belajar untuk meningkatkan skill

Di atas saya sebutkan bahwa saya kuliah pariwisata. Tentunya, tidak ada mata kuliah tentang project management, software development, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Karena saya memang hobi belajar, sedari dulu saya senang memperluas wawasan dengan mempelajari skill baru.

Mengapa pakbos yang orang Jerman dan Perancis di cerita saya di atas, percaya bahwa saya bisa menjadi project manager? Sebelumnya, mereka melihat presentasi yang saya buat dengan Power Point. Presentasi tersebut berisi wireframe online booking engine yang akan kami buat. Waktu itu saya belum kenal Balsamiq, Axure, atau tools lainnya. Namun, wireframe yang saya buat itu bisa membuat pakbos terkesan.

Dari mana saya paham soal wireframe? Belajar mandiri, pastinya. Segala sesuatu bisa kita pelajari, apalagi di masa sekarang. Banyak sumber daya gratis yang bisa kita temukan di internet.


3. Buat portfolio

Saya termasuk yang percaya bahwa gelar tidak menjamin segalanya. Demikian pula halnya dengan belajar di berbagai bootcamp. Itu percuma, jika kita tidak memiliki portfolio yang bisa dilihat sebagai wujud kemampuan kita.

Ingin jadi content writer? Bikin blog.

Ingin jadi programmer? Buat mini project dan rajin update Github/Gitlab kita.

Ingin jadi data scientist? Buat studi kasus yang bisa menunjukkan bahwa kita memiliki kemampuan sebagai data scientist.

Intinya, jangan terhenti pada belajar saja, tapi praktik untuk memperkaya portfolio kita.


4. Mulai personal branding di bidang yang baru

Di awal tahun 2000-an, orang mengenal saya sebagai praktisi pariwisata.

Sekarang, mereka lebih mengenal saya sebagai orang yang paham soal website, digital marketing, dan berbagai hal yang berhubungan dengan software development.

Bagaimana cara melakukan personal branding yang cihuy? Hmm. Sepertinya ini ide menarik untuk tulisan saya berikutnya.


5. Perluas jejaring

Zaman sekarang, sangat mudah untuk memperluas jejaring kita. Media sosial, terutama LinkedIn, bisa memperkenalkan kita pada jejaring baru di bidang yang kita pilih.

Ikuti komunitas sesuai bidang yang kita pilih. Tempatkan diri kita sebagai newbie, karena ini adalah bidang yang baru kita pelajari, terlepas dari setinggi apapun posisi kita di perusahaan yang sekarang.

*****

Career switching bisa terjadi tanpa rencana, seperti yang saya alami, atau bisa kita rencanakan, seperti saat saya berubah dari project manager menjadi product manager. Atau, bisa juga karena terpaksa, seperti yang banyak orang lakukan di masa pandemi kemarin.

Dengan perencanaan yang baik, yakinlah kita akan bisa berhasil di bidang yang kita pilih.

Kamu, punya pengalaman apa seputar career switching? Share di kolom komentar, ya!


career hacks

Perlu tips untuk memperlancar karir kamu? Baca buku Career Hacks ini biar karir kamu semakin melaju!


Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru