Suicidal Mind Cerita Lalu Puisi

Suicidal Mind

Suicidal Mind Cerita Lalu Puisi

Pada suatu kurun waktu, saya sering berpuisi maupun meracau tak tentu. Puisi terserak di mana-mana, dan terkubur sampai tiba-tiba kumpulan kata ini muncul setelah penggalian panjang. Agar tak lagi hilang, saya akan posting ulang di sini bersama tempelan ingatan yang tersisa kini. Semoga berkenan.

Suicidal Mind

Tak ada lagi yang bisa kucapai,
semua-muanya t’lah tergenggam,
Namun masih juga tak penuh: kekosongan itu
Manusia-manusia, riuh di sekelilingku, meladeniku,
Memujaku, mengagumiku, iri padaku
(entah, apakah di belakang punggung mereka
mencemoohku?)
Mereka pikir mereka tahu siapa aku?
Selapis kulit tipis saja yang kelihatan,
Di dalamnya sudah aus kering, tiada isi bersih tertiup angin.
Mereka tidak mengerti aku.
Aku teriak sekencang-kencangnya,
Gemanya akan terdengarkah?
Di mana telinga yang mau dengar aku,
Di mana hati yang mau bertaut denganku?
Aku berdiri di puncak tertinggi,
Gamang, sendiri.
Apakah ini waktu yang tepat bagiku untuk pergi?

 

Ini adalah hasil SMS-an dengan seorang teman baik (kala itu belum ada BBM) yang sedang di puncak galau dan merasa ia benar-benar sendiri. Alih-alih dia bunuh diri, kami malah berbalas puisi. Saya rangkum SMS kami dalam satu puisi ini.

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Balepoint Kotak Pandora

Kotak Pandora

  Pada suatu masa, saya mengkontak teman lama untuk mengirimkan satu berkas yang saya butuhkan. Berkas tersebut dari kantor lama yang pernah menaungi kami berdua.

Read More »
Perjalanan di Pantai

Pengembara

    seorang pengembara, ia mengetuk pintu-pintu dari waktu ke waktu. takkan ia memaksa untuk terbuka ia cukup puas, pun bila harus duduk di teras

Read More »

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru