Balepoint

Cerita tentang Handphone: Jatuh, Hilang, Disamber Preman

 

Kalau kemarin saya bercerita soal dompet, kali ini mau berbagi cerita ringan lagi tentang handphone alias hape. Alias telepon selular alias ponsel. Beda dengan dompet yang jarang banget ganti, seperti yang di cerita terakhir usianya udah hampir sepuluh tahun, nah kalau tentang hape ini ceritanya entah tentang berapa hape yang saya pernah saya miliki.

motorola flip phone
Sumber foto: sciencemadness.org

Pertama kali punya hape tahun 2000 atau 2001. Itupun sebenarnya nggak punya. Jadi teman saya ada yang lumayan berada, dia punya hape baru lalu hape lamanya dipinjemin ke saya. Mereknya Motorola, modelnya hampir seperti gambar di atas, seri yang mana tepatnya saya lupa. Lumayan lama saya pegang hape ini, begitu bisa beli sendiri, saya kembalikan pada yang punya.

Cerita Dramatis Nan Heroik

Yang paling saya ingat tentang hape pertama ini adalah ketika suatu siang saya naik Daihatsu (sebutan untuk angkot di Semarang). Hape ini saya taruh di saku kemeja. Memang goblok ya, ‘kan gampang menarik perhatian. Di perempatan Bangkong, seperti biasa angkot ngetem lama. Naiklah beberapa pemuda (atau bapak-bapak muda) sangar. Preman. Tapi saya nggak curiga apa-apa.

Beberapa saat, angkot nggak jalan juga. Tiba-tiba si bapak sebelah saya berlagak mau membuka jendela sambil mengeluh panas. Otomatis perhatian saya terdistraksi dan ikut membantu bapak itu menggeser jendela agar terbuka lebar. Selesai kesibukan kecil itu, saya menyadari lha kok hape saya sudah tidak ada di tempatnya. Saya lihat di lantai mobil dan di bangku, siapa tahu hape jatuh, ya nggak menghasilkan apa-apa.

Sudah jelaslah, hape saya disamber komplotan itu dan si bapak yang sok sibuk sama jendela itu bertugas mengalihkan perhatian saya.

Tanpa pikir panjang, saya ngomong ke bapak di sebelah saya. Pakai suara memelas. “Pak, balikin hape saya, minta tolong banget. Itu hape buat kerja, nanti saya ganti deh bapak perlu uang berapa.”

Karena yang serta merta terlintas di benak saya adalah, “matek kowe, bakalan susah kerja jadi tour guide kalau susah dihubungi gara-gara tiada hape”.

Si bapak jelas menyangkal, meskipun saya terus mengiba-iba meminta dia balikin hape saya.

Akhirnya saya memutuskan turun. Kepala langsung pusing, jadi mending turun aja deh batal ke tujuan semula.

Eh beberapa langkah meninggalkan angkot, teman si bapak satu gerombolan tadi memanggil dan berlari mendekat. “Ini mbak, hapenya jatuh tadi.”

Dalam hati saya membatin, jatuh dari Hong Kong, sudah jelas-jelas saya cari di kursi dan di lantai pun nggak ada. Dan lagian kalau kalian tahu hape itu jatuh, kenapa nggak dari tadi pas saya ada di dalam angkot. Dan kenapa nggak marah saat saya tuduh mengambil hape saya.

Tapi ya sudahlah. Yang penting hape sudah balik dengan selamat, dan si bapak menolak ketika saya mau memberikan uang sebagai tanda terima kasih.

Soal Kehilangan

Setelah hape Motorola warna-warni itu saya kembalikan kepada empunya, saya berganti hape pemberian teman saya yang lain (teman saya baik-baik ya). Hape Ericsson yang bertahan dua-tiga tahunan. Hilang di lobby sebuah hotel bintang lima di Bali (yang sekarang sudah berganti nama).

Teman saya (teman yang lain lagi dari yang sudah tersebut di atas) pernah menghadiahi satu Blackberry. Mungkin karena dia iba melihat BB saya sudah butut. Sayangnya, beberapa bulan kemudian pas saya pulang dari Jakarta penerbangan pertama, BB itu jatuh di taksi gelap airport yang saya tumpangi, dan saking ngantuknya saya nggak ngeh. Singkat cerita, hilanglah BB pemberian teman tersayang itu.

Hape saya juga pernah hilang saat saya mabuk berat. Yah anggap saja cerita kelam dari masa muda. Kalau sekarang, nggak kuat lagi dah minum minuman keras (kecuali wine, lemoncillo, black label, red label, lho kok panjang daftarnya ya).

Kalau cerita kehilangan yang “nyaris” sih, ada juga. Waktu itu saya ke Bandara Soekarno-Hatta naik taksi Blue Bird. Pas turun, karena ribet dengan barang bawaan, hape saya tertinggal. Untung saya naik Blue Bird, jadi terbantu banget dengan action cepat mereka sehingga hape saya selamat meski harus menginap sebulan di bagian lost & found mereka karena menunggu saya balik ke Jakarta lagi.

Masih ada beberapa cerita “nyaris kehilangan” yang biasa, seperti tertinggal di mobil teman, tertinggal di toilet mall,  nyelip entah ke mana. Jadi nggak kaget lagi deh teman-teman saya kalau saya mulai heboh mencari-cari,” Hape saya di mana ya?”

brand 1867756 1280
Sekedar ilustrasi saja. Hape saya nggak separah ini.

Nasib Malang Hape di Tangan Saya

Berhubung saya ini clumsy, sepertinya gampang banget barang lepas dari tangan saya. Hape saya jatuh berapa kali udah gak kehitung. Andai dia punya nyawa dan bisa bicara, pasti dia sudah minta cerai dari saya.

Beberapa minggu yang lalu, saya pulang naik GrabBike. Pas sudah lewat satu kelokan, terdengar suara memanggil-manggil,” Woyyy! Woyyy!!!” Saya merasa kami nggak bikin salah apa-apa jadi ya kami jalan terus aja. Eh selang nggak berapa lama, motor di belakang kami mendekat dan berseru,”Hapenya jatuh tuh!”

Woops. Langsung saya cek kantung parka saya, dan ternyata benar, hape saya jatuh. Puter balik deh, lumayan sudah 300 meter lebih. Pas sampai TKP, si bapak-bapak yang ternyata penjual kue molen menyodorkan hape saya. “Sudah saya satuin noh,” katanya. Ya bisa dibayangkan, hape jatuh dari motor meskipun gak berkecepatan tinggi, pastilah tercerai berai antara body, casing dan baterainya.

Saya berterima kasih banget sama pak molen tadi. Tapi saking melongonya saya, nggak sempat kasih apa-apa, kecuali doa biar rejeki dia melimpah senantiasa. Amin!

Apakabar hape saya setelah jatuh dari saku itu? Masih bisa menyala seperti biasa. Memang layarnya retak, tapi itu adalah hasil peristiwa beberapa minggu sebelumnya. Yaitu jatuh dari lantai 3 coworking space tempat saya biasa nongkrong, terjun bebas ke lantai dua dan sempat mental beberapa kali di tangga.

Oh iya, jangan-jangan pak molen itu mengembalikan hape saya karena prihatin dan iba, kok ya hape bisa sampai retak gitu layarnya.

Makanya saya bilang, apes banget ‘kan nasib hape di tangan saya.

Jika Hape Hilang, Maka….

Saking sudah berpengalaman soal hape hilang, saya nggak jadi kagetan kalau hape saya lenyap entah ke mana. SOP untuk masalah kehilangan hape buat saya yang selalu ber-android-ria ini adalah:

  • Segera log out dari semua akun media sosial dan email, dan segera ganti password. Ini lebih penting daripada ganti SIM Card hahaha. Apalagi kalau hape nggak terproteksi dengan password atau sidik jari apalah apalah.
  • Setelah itu baru ganti SIM Card. Untunglah dengan kemajuan teknologi, sekarang nggak ribet kalau ganti SIM Card. Tinggal datang ke kantor provider yang kita gunakan, ketemu customer service, serahin KTP atau tanda pengenal dan jadi deh. Nggak pakai menunggu berhari-hari dan nggak makan biaya banyak.
  • Jangan lupa woro-woro di media sosial bahwa kita kehilangan hape. Ini penting karena banyak orang jahat di sekitar kita. Siapa tahu yang menemukan hape atau BBM kita, bisa mengontak semua yang ada di friendlist dan kirim message yang mboten-mboten.
  • Berhubung saya orangnya malas dan nrimo, saya nggak pernah melacak hape yang hilang pakai aplikasi apalah. Ikhlaskan dan berdoa saja, semoga yang menemukan hape kita diberkati hidupnya dan semoga kita yang kehilangan diberikan gantinya, syukur-syukur hape yang lebih baik dan lebih canggih.

Ada yang bisa kasih tips tambahan? Dan berhubung saya bukan pengguna iPhone, jadi saya nggak bisa kasih tips seputar kehilangan iPhone.

 

Begitulah, cerita saya seputar handphone. Next saya mau menulis tentang… kunci! Yayyy!

 

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru

Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Teknik debat yang baik

8 Tips Teknik Debat yang Baik

Kemampuan untuk berdebat dengan baik adalah keterampilan yang sangat berharga. Dengan menggunakan teknik debat yang baik, kita dapat mempengaruhi orang lain, mempertahankan argumen, dan bahkan memenangkan debat.