Seorang teman jatuh sakit. Seorang teman lain bertanya: “Kok bisa? Badan segede itu?” Dan jawab saya cuma: “Bisalah. Dia juga manusia.”
Puji Tuhan, saya jarang sakit. Seumur hidup saya nggak pernah masuk rumah sakit gara-gara sakit. Pernahnya gara-gara kecelakaan motor – lebih parah ya. Dua minggu di rumah sakit dengan kepala berselang untuk mengalirkan darah dari kepala naas ini. Untung pakai helm waktu itu, kalau nggak, pasti saat ini saya lagi nyemil gorengan di atas awan sambil ngerasani kalian-kalian nun jauh di bawah sini.
Eh, melantur lagi. Back to the topic ah: sakit!
Iya, terakhir saya ke dokter, seingat saya waktu SMP (dokter mata nggak masuk hitungan ya). Sakitnya biasa, demam gitu deh. Setelah itu, sampai forty one my age (terVicky), saya nggak pernah ke dokter sekalipun. Bukan berarti nggak pernah sakit. Pernah sih demam panas dingin, batuk berkepanjangan, pusing kepala mikirin cara bayar utang. Tapi puji Tuhan nggak pernah sampai terpaksa ke dokter. Cukup minum obat warungan, istirahat, sembuh.
Saya percaya pada kekuatan pikiran. Saya amati kalau pikiran saya negatif, pasti sakit saya nggak cuma menggejala namun jadi kejadian. (Hadeh, terVicky banget ini bahasa saya, ribet pisan.) Maksudnya, kalau gejala sakit sudah mulai terlihat, saya langsung mensugesti diri: nggak boleh sakit. Harus sehat. Tetap semangat.
Sekalinya pikiran saya menyerah, mungkin pas capek-capeknya hidup (halah), beneran sakit. Meskipun pengobatannya gampang. Minum obat warungan (meskipun belinya di Circle K – warung elit gituh), istirahat, tetap makan dan minum, dan tetap semangat. Alhasil cuma satu-dua hari terkapar, habis itu kembali sehat.
Jurus hidup sehat itu intinya sederhana: kenali tubuh kita. Tubuh ini punya rasa, bisa capek, bisa kehabisan energi. Kalau udah terasa capek, istirahat. Nggak perlu dipaksa kerja. Kalau udah mulai kehabisan energi, ya diisi. Lapar, makan. Haus, minum. Ngantuk, tidur. Lemes, cari penyegaran. Kelebihan lemak, coba OCD ala Deddy Corbuzier gih.
Kenali ritme biologis tubuh. Saya pekerja keras – banyak orang bilang. Tapi saya tahu kapan badan saya perform sebaik-baiknya, dan kapan musti jalan pelan-pelan. Ritme biologis orang itu beda-beda, Mengetahui ritme biologis tubuh akan membantu kinerja kita sehari-hari, dan ujung-ujungnya akan menjaga tubuh tetap sehat. Nggak perlu latah ikut aturan orang lain. Balik lagi ke jurus awal: kenali tubuh kita. Bakal teraba deh ritme tubuh kita dalam beraktivitas seharian.
Simple kan jurus hidup sehat ala saya? Lha saya bilang berkali-kali: saya ini simple kok, seperti blog saya yang simply minimalist ini.
Mudah-mudahan sih, saya – dan pembaca semua yang budiman – tetap sehat sentosa ya. Saya nggak mau jatuh sakit. Hari gini, sakit itu mahal.