Kata-kata kebijaksanaan

Kata-Kata Mutiara Yang Berarti Banget Buat Saya

Kata-kata nan bijaksana yang menjadi pegangan hidup saya (kalau pas ingat).

Hari ini tidak dinyana cukup sibuk dengan urusan pribadi, jadi baru lewat jam 9 malam sempat menulis agar 30 Days Writing Challenge tidak terhenti sampai di sini. Hari kesembilan ini mari mengerjakan tantangan “Post some words of wisdom that speak to you“.

Sebelnya yah, kalau sebelum dihadapkan pada tantangan, sepertinya ide berhamburan misalnya tentang kata-kata mutiara alias words of wisdom ini.

Tapi begitu dihadapkan pada tantangan, ide langsung menguap. Saya harus berpikir keras untuk mengumpulkan kata-kata mutiara alias kutipan-kutipan kebijaksanaan yang selama ini akrab dengan saya.

Tentang kekhawatiran

“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34)

Ini kata-kata yang melekat pada diri saya sejak lama. Kata-kata ini sedikit stoik ya (saya sedang menyiapkan draft tulisan tentang stoicism), dan menjadi patokan bagi saya untuk menenangkan diri.

Ayat ini menjadi pengingat agar tidak overthinking. Berpikir terlalu jauh dan memanjakan kekhawatiran akan hari esok, tidak ada gunanya.

Terkadang, kekhawatiran kita hari ini tidak berlaku buat besok. Bisa jadi, besok pagi sudah ada perkembangan baru yang melenyapkan kekhawatiran yang kita pendam malam ini.

Jadi ya ndak usah khawatir berlebihan.

Lagipula, lihatlah bunga bakung di padang. Burung pipit di sawah. Mereka hidup dari kasih sayang Sang Pencipta. Masa’ kita yang manusia tidak dipedulikan oleh Dia?

Tentang membanding-bandingkan

“Don’t compare your life to others. You have no idea what their journey is all about.”

Entah siapa yang mencetuskan kalimat ini, tapi ini jadi pengingat bagi saya jika saya sudah mulai membanding-bandingkan hidup saya dengan yang lain.

Pertama, terkadang itu bikin saya jadi insecure. Pencapaian saya rasanya tidak seberapa jika dibandingkan dengan pencapaian orang lain.

Kedua, sebaliknya bisa juga saya jadi meremehkan masalah yang dihadapi oleh orang lain. Masalah kami mungkin sama, tapi latar belakang bisa membuat beban kami berbeda.

Apapun hasilnya, membanding-bandingkan hidup itu memang tidak bijaksana.

Setiap orang punya linimasa yang berbeda.

Setiap orang dibekali privilese yang berbeda.

Privilese membuat kecepatan kita dalam menempuh garis kehidupan, berbeda. Awal mula pasti sama: kita terlahir sebagai bayi.

Tapi bayi seorang kaya, bisa tumbuh pesat jauh lebih cepat dibandingkan bayi si miskin dengan gizi pas-pasan.

Namun ketika si kaya tumbuh besar dan berhasil, kita juga tidak tahu pasti cerita apa saja yang dia tempuh selama ini.

Menjadi kaya hampir pasti menghindarkan dia dari kelaparan.

Tapi apakah otomatis dia bahagia? Dalam hal ini, si miskin dan si kaya punya peluang yang sama.

Intinya, jangan banding-bandingin hidup kita dengan yang lain deh.

Tentang beban hidup

“Jangan memindahkan beban sapi jantan ke sapi betina.”

Semoga yang ini saya nggak ngawur ya. Tapi kalimat ini tertanam di benak saya. Ini salah satu butir kebijaksanaan yang dibagikan oleh Chogyam Trungpa.

Saya mendapatkannya dari buku edisi terjemahan bahasa Indonesia, yang sudah saya hibahkan ke seorang teman. Sekarang, mau cari buku itu lagi, belum nemu di toko buku, baik yang bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Eniwei, arti dari kalimat tersebut adalah kita semua punya kekuatan masing-masing. Bukan bermaksud seksis, tapi sapi jantan memang terbukti lebih kuat menanggung beban dibanding sapi betina.

Karena itu, tidak bijak jika sesuatu terjadi dan kita menaruh kesalahan di pundak si–tak-berhak itu. Atau bisa jadi, si-tak-berhak itu.

Dalam kebanyakan kasus, kita adalah sapi jantan itu.

Jadi, alih-alih menyalahkan orang lain, dengan jantan kita ambil kesalahan itu dan kita perbaiki mulai dari diri kita sendiri.

Alih-alih menyalahkan keadaan, dengan tenang kita akui kesalahan ada di pihak kita, dan itu adalah awal untuk memperbaiki keadaan.

Kurang lebihnya begitu pemahaman saya tentang butir kebijaksanaan Chogyam Trungpa di atas. Apabila saya salah paham, mohon dikoreksi ya.

*****

Rasanya tiga bulir kata-kata mutiara di atas sudah cukup untuk sharing saya kali ini. Lain kali, kalau ada yang saya ingat lagi, akan saya tulis posting baru.

Bagi saya, kebijaksanaan yang dikandung rangkaian kata di atas menjadi panduan hidup.

Meski tentu saja, belum sempurna saya mempraktikkannya.

Yang penting, berlatih tiap hari. Agar jadi lebih baik setiap harinya.

Seperti 30 Days Writing Challenge ini. Tadi sudah sempat putus asa, apakah saya bisa menulis hari ini. Tapi ternyata bisa!

Kalau kamu, kata-kata mutiara apa yang paling mengena bagi hidupmu? Bagikan di kolom komentar, ya!

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru