kutipan quote tentang cinta

Kegalauan Semalam

Cruising the night w/ bestie. Pain and tears, go, go away.

Itu status bbm saya semalam. (Iya, saya memang suka menggonta-ganti status, dan beberapa teman terhibur mencermati kegalauan saya atau naik turunnya emosi saya. Sama seperti saya menulis blog ini, konon memang sebagai Aquarius, saya lebih bisa menuangkan pikiran dan meluapkan emosi saya dengan tulisan, ketimbang percakapan langsung.)

Lalu seorang teman mengirim pesan. I feel you, katanya.

Lalu kita berbagi kepedihan tentang betapa menyesakkan merasa kangen tapi yang dikangeni nggak boleh tahu.

Kenapa nggak boleh?

Karena kita tahu bahwa rasa itu terlarang sudah. Bahwa kangen bisa membimbing kita ke perasaan yang lebih besar dan lebih dalam, yang ujung-ujungnya adalah kerusakan total atas apa yang kita punyai saat ini.

What should we do now?, tulis dia.

Dan jawaban saya enggak banget: “Saya sih mau ke BJ.” Iya, enggak banget ‘kan. Antimikir banget. Alih-alih memberikan solusi tentang bagaimana mengatur perasaan dan menetralkan rasa kanget, saya to the point saja atas tujuan terakhir saya malam itu bersama seorang teman terbaik saya.

Bali, di malam hari, memang cantik nian. Kami sengaja berlambat-lambat menyusuri Jalan Legian. Menikmati pemandangan wira-wiri orang dengan segala tingkahnya. Mengitari Kuta-Seminyak, menyaksikan riuhnya orang-orang berkostum putih-putih menghadiri pesta tujuhbelasan ala Kudeta, melewati Potato Head Beach Club yang sedang disambangi John Legend dengan pertunjukannya, melewati satu dua tempat minum-minum cantik yang kami belum pernah singgahi, dan akhirnya sampailah di tujuan kami: Dhyanapura.

Seperti biasa, bar penuh sesak. Seperti biasa, tergelar show yang mengundang tepuk tangan meriah dan gelak tawa karena kreatifitas para drag queen itu seperti tak terbatas.

Saya merasa sepi di tengah keramaian, namun saya terhibur setiap melihat teman saya yang sedang menikmati malam dengan riang. Sebotol Bintang dan segelas Long Island Tea menemani saya dengan setia.

Beberapa kenalan datang, berjabat tangan, lalu pergi, lalu datang lagi, lalu pergi lagi.

Dan saya melanggar apa yang kurang dari dua jam sebelumnya saya percakapkan dengan teman saya tentang kepedihan itu.

Saya mengirimkan pesan padanya. Iya, dia yang ada di sini, di sini dan di mana saja kata cinta tertebar di blog ini.

I miss you. Like…. I miss you much.

Sudah pukul 12:43. Malam sudah melewati puncaknya dan saya masih saja mengganggu dia dengan kekangenan saya yang nggak penting banget pasti buatnya.

Ternyata dia masih membalas. Dengan sopan. Thank you. Kenapa miss me? Gue ngangenin ya?

Dan masih saya balas juga. Honestly… Iya.

Dan dia menutupnya dengan: Hahahaha. Miss me as friend in a good way yaaaa.

That’s it. Saya cuma membalasnya dengan ikon senyum.

Kamu anak baik, batin saya. Kamu terlalu baik pada saya, pada semua orang, sampai mereka (termasuk saya) bisa dengan gampang menyalahartikan kebaikan kamu itu.

Saya nggak memperpanjang percakapan semalam, karena saya nggak mau tergiring untuk menyatakan tiga kata terlarang itu. Teman baik saya sudah mengingatkan, buat apa, kalaupun saya mengutarakan perasaan, bukankah itu egois, hanya memuaskan perasaan saya saja, tapi akan menimbulkan luka padanya.

Ah, siapa yang tahu dia akan terluka? Siapa yang tahu dia akan menanggapi semua ini dengan biasa-biasa saja, tertawa-tawa seperti biasa?

Siapa yang tahu apa reaksi dia, apabila saya belum mengutarakannya?

Whatever. Saya nggak tahu apakah kamu mampir ke blog ini atau enggak, saya rasa sih enggak, itulah makanya saya merasa bebas menulis di sini. Karena saya nggak pernah punya kesempatan untuk bicara panjang denganmu berdua saja, tanpa diganggu pacarmu atau sahabat karibmu atau apalah status lelaki yang dulu juga karib dengan saya itu.

Sekian, terima kasih, dan saya mulai menampar-nampar diri sendiri karena sedemikian banyak pekerjaan saya, masih ngantri satu-dua proyek pribadi, tapi saya tetap saja jatuh dan terjatuh dalam lubang yang sama, menghabiskan sedemikian banyak waktu dan energi buat cinta yang tersia-sia.

 

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Read More »

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru