Kemarin malam, saya dan seorang teman mencoba satu tempat nongkrong baru. Dua kali kami memutar Jalan Sunset Road tanpa menemukan tempat itu, padahal ancer-ancer sudah sangat jelas. Akhirnya, dengan bantuan “Ask A Friend”, kami baru ngeh bahwa coffee shop berinisial KK yang sudah sering berseliweran di timeline saya itu, nggak punya plang dan tempatnya di dalam bangunan yang bertajuk spa itu.
Kami memasuki toko yang mirip ruang pamer itu sambil menduga-duga tempat macam apa yang dibilang beberapa orang sebagai tempat yang asik buat nongkrong itu.
Di bagian belakang, sampailah kami, satu sudut tempat mengopi mulai terlihat, dan ketika kami benar-benar tiba di tempat, saya melihat meja di sudut telah dipenuhi beberapa anak muda, dan satu-dua pengunjung lain terlihat pula asik dengan obrolan masing-masing.
Yang tidak mengenakkan adalah: semua mata memandang saya dan teman saya, seakan-akan kami adalah alien yang baru mendarat di bumi dan kehadirannya tidak mereka kehendaki.
Asyu. Saya misuh-misuh dalam hati.
Seorang ibu yang saya tahu ada hubungannya dengan tempat itu (pernah saya lihat fotonya di salah satu blog), saya harapkan tersenyum menyambut saya yang celingukan dan asing ini. Tapi tidak, dia sama dinginnya menatap saya dan kemudian entahlah dia ke mana.
Saya dan teman saya tetap celingukan sambil pura-pura bertukar kata agar nggak terlihat bego.
Saya sih sebenarnya sudah pengin cabut dari tempat itu. Tapi nanggung, perjuangan menuju tempat itu ‘kan sudah cukup berat yah, masa’ saya harus menyerah hanya karena perasaan sebagai outsider itu.
Lagipula, saya ‘kan bayar, kalau misalnya mereka hanya buka untuk komunitas tertentu, ya jangan open for public dong.
Singkat kata, saya memesan kopi hitam dan teman saya memesan hot chocolate.
Tempatnya cukup asyik, tapi tujuan saya menulis posting ini bukan untuk mengulas tempat dan kekopiannya.
Seberapa sering kita berkunjung ke satu tempat baru, disambut ramah oleh yang empunya tempat, atau sebaliknya, disambut dengan wajah jutek si penunggu tempat itu?
Pasti kita akan selalu memilih tempat yang ramah. Yang membuat kita berasa di rumah.
Dan terlepas apakah kita pemilik tempat itu atau enggak, apa salahnya sih berbagi keramahan pada pengunjung yang baru datang?
Pun bila kita sedang bergerombol dengan teman-teman lama, kemudian satu teman datang membawa temannya yang sama sekali belum kita kenal. Adalah wajar apabila kita berusaha menjalin percakapan, membuka jalur komunikasi agar orang baru ini bisa segera membaur dengan kita.
Saya teringat kepada satu tempat ngopi yang asik dan buka 24 jam, Sunny 16 Cafe namanya, yang membuat saya betah berjam-jam di sana. Dan teman-teman yang saya perkenalkan dengan tempat itu pun, akhirnya menjadi pengunjung tetap seperti saya.
Karena memang Sunny 16 Cafe itu tempatnya berasa di rumah banget. Mau maen monopoli, mau berisik, mau kayak saya yang asik bertekun di laptop, terserah. Yang penting bayar. Wi-finya kenceng lagi.
Eh, ini bukan posting berbayar untuk promosi Sunny 16 Cafe lho.
Saya pun nggak langsung antipati pada tempat kopi yang membuat saya terasing itu. Kapan-kapan, saya mau ke sana lagi, membawa rombongan satu banjar, agar saya nggak berasa sendirian. Lagipula, siapa tahu itu perasaan saya semata (meskipun saya lihat teman saya juga cukup jengah jadinya). Siapa tahu, saya duluan yang bertampang jutek sehingga mereka-mereka membalas dengan tak kalah jutek. Ya, siapa tahu.
Yang jelas, saya nggak mau membuat orang lain merasa menjadi outsider hanya gara-gara ketidakramahan saya.
7 Responses
Hahahaha…gitu banget ya.
Keseringan ditongkrongin orang itu2 saja sih, jd ga ngehh klo ada blogger senior ..
Eh,sunny 16 dimande?
and such will not bother you rite? it’s their loss #wink
hahaha blogger angot-angotan tepatnya. sunny 16 itu di fontana bali hotel jalan dewi sri, 24jam, free wifi. asik dah.
uhuk!
perasaan tadi aku reply komen masing-masing kok munculnya gak beraturan gitu. yowislah. #abaikan
haha baru baca ini. aku pernah nulis di twitter ttg tempat ini..ternyata ga cuma aku yg ngerasa asing disitu 🙂
apakah perlu kita sambangi lagi bersama-sama, bawa massa sebanjar? 😀