Novel wajib baca

Novel yang Wajib Dibaca Generasi Muda Indonesia

Baca novel juga bisa bikin melek sejarah, ini daftar novel wajib baca anak muda Indonesia biar kagak buta sejarah bangsa sendiri.

Ketika saya berselancar di berbagai forum di dunia maya, terkadang saya jadi gemas ketika membaca komentar para anak muda Indonesia. Khususnya seputar sejarah Indonesia. Gemas, karena saya mendapatkan kesan, anak muda Indonesia ini apa enggak tahu sejarah bangsa sendiri, ya?

Misalnya, tak jarang anak muda – yang saya sinyalir lahir setelah tahun ’90-an akhir, dengan entengnya urun komentar, “Piye, enak zamanku, to?”

Tahulah ya, kalimat itu milik siapa. Kalau belum tahu, yowis, ini sekalian saya pajang foto yang bersangkutan.

piye kabare enak jamanku th

Ya, gemas saja melihat anak-anak yang lahir setelah masa Orde Baru, bisa yakin sepenuh hati percaya bahwa zaman Soeharto itu jauh lebih baik daripada pemerintahan sekarang.

Ada lagi yang kekeuh bahwa pemerintahan sekarang ini otoriter, anti kritik. Yaelah le, ndhuk, sampeyan ndak tahu zaman Orde Baru seperti apa? Kala itu, mengemukakan ketidaksetujuan daripada apa yang Soeharto kataken bisa membuatmu langsung dikarungken dan dilarung tak tentu kabar beritanya lagi. Kamu tidak akan sempat pamitan pada keluarga, boro-boro bikin status di medsos dulu.

Don’t get me wrong, ya. Saya tidak hanya bicara tentang buta sejarah masa Orde Baru, tapi juga masa Orde Lama, dan bahkan sejarah sebelum Indonesia lahir sebagai sebuah bangsa.

Memang, pemerintahan sekarang juga jauh dari sempurna.

Tapi paling tidak, jika kita paham sejarah, kita tidak akan seenteng itu mengatakan,”Enak zamanku, to?”

Atau menangis mengiba-iba,”Pak, Bapak …. Bangun, Pak.” Halah.

Lantas saya berpikir, anak-anak muda sekarang ini bacaannya apa toh?

Karena saya percaya, bacaan bisa membentuk pola pikir seseorang. Garbage in, garbage out. Kalau yang dibaca nggak bermutu, ya outputnya nggak bermutu juga. Kalau yang dibaca adalah bacaan berkualitas, ya dijamin otak si pembaca akan turut berkualitas juga.

Kita tidak perlu memaksakan diri untuk baca buku sejarah.

Ada cara yang lebih menyenangkan, yaitu dengan membaca novel sejarah. Atau yang berlatar belakang satu peristiwa di masa lalu, yang memberikan pengetahuan baru bagi kita.

Karena berbentuk novel, dibalut dalam cerita fiksi, jadinya sejarah tersampaikan secara tidak langsung.

Nah, apa saja buku yang menurut saya wajib dibaca oleh generasi muda Indonesia? (Kelahiran setelah tahun ’90, masih termasuk anak muda, toh?)

Ini pilihan saya. Kalau kalian punya pendapat lain, silakan sumbang saran di kolom komentar, ya!

1. Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer

Kalau saya jadi Menteri Pendidikan Indonesia, karya Pramoedya Ananta Toer ini wajib jadi bacaan siswa sekolah menengah.

Tetralogi Buru atau Tetralogi Pulau Buru tidak bercerita tentang Pulau Buru. Tetralogi ini dinamakan sedemikian karena Pramoedya menulis karya tersebut selama beliau ditahan di Pulau Buru. Selepas dari Pulau Buru, dibantu berbagai pihak, empat novel tersebut berhasil terbit dari tahun 1980 hingga 1988.

Tetralogi Buru ini mengungkapkan sejarah keterbentukan Nasionalisme pada awal Kebangkitan Nasional. Tokoh utama bernama Tirto Adhi Soerjo dengan nama panggilan Minke.

Empat buku yang termasuk dalam Tetralogi Buru ini awalnya diterbitkan oleh Hasta Mitra:

  1. Bumi Manusia (1980)
  2. Anak Semua Bangsa (1981)
  3. Jejak Langkah (1985)
  4. Rumah Kaca (1988)

Bagi saya yang tahun ’90 sudah kuliah, karya Pramoedya menegaskan bahwa seburuk-buruknya masa kini, masih lebih enak daripada masa Orde Baru. Di masa itu, jangan harap kita bisa bebas menemukan karya Pramoedya di toko buku. Jaksa Agung melarang penerbitan dan peredaran buku karya eks tapol ini. Jangan tanya kenapa.

Jadi, wahai anak muda, beruntunglah sekarang kita bisa bebas membaca karya Pramoedya, dan karya sastrawan lainnya tanpa perlu takut diciduk aparat. No kidding. Dulu, kamu ketahuan bawa buku Pramoedya, bisa langsung digiring ke kantor polisi untuk diinterogasi apakah kamu termasuk golongan “kiri”.

2. Pulang karya Leila S Chudori

Lewat buku Pulang ini, kita berziarah ke beberapa periode yang menjadi tonggak sejarah penting bangsa Indonesia. Pertama, tahun 1965 di bulan September. Situasi penculikan para jenderal mewarnai kehidupan warga Indonesia di tahun ini. Kedua, tahun 1968 bulan Mei berlatar negara Prancis. Periode ketiga adalah tahun 1998 bulan Mei, di Indonesia, saat kerusuhan 1998 terjadi dan kemelut karena penembakan empat mahasiswa Trisakti.

Kita akan mendapat pemahaman baru tentang kehidupan para eksil politik – mereka yang sedang berada di luar negeri saat G30S terjadi, dan tidak bisa kembali ke Indonesia karena menjadi musuh politik pemerintahan baru.

3. Laut Bercerita karya Leila S Chudori

Laut Bercerita adalah kisah sedih yang dalam, tentang penderitaan para tokoh gerakan mahasiswa di masa Orde Baru. Penculikan, adalah kisah biasa pada masa itu. Hilangnya para aktivis pun tidak terpecahkan hingga kini, meski pemerintahan telah silih berganti.

Bagi saya, Laut Bercerita adalah sebuah prasasti yang menekankan bahwa ada periode gelap yang sepertinya akan selalu gelap, dalam sejarah bangsa Indonesia. Pedih, ya?

4. Saman dan Larung karya Ayu Utami

Dua buku karya Ayu Utami ini menggemparkan Indonesia di awal terbitnya. Bukan cuma karena sosok penulisnya, tapi tentu juga karena cerita novel yang berani memaparkan berbagai hal dengan gamblang. Mulai dari pergerakan aktivis masa Orde Baru, hingga persenggamaan yang dituturkan dengan bahasa sastrawi nan indah.

5. Serial Bilangan Fu karya Ayu Utami

Serial Bilangan Fu konon bakal ada 12 buku, tapi hingga 2022 ini baru empat buku yang terbit: Bilangan Fu, Lalita, Manjali dan Cakrabirawa, dan Maya. (Ataukah ada berita terbaru tentang kelanjutan serial ini?)

Kembali, kita akan dihipnotis oleh kekuatan Ayu Utami dalam merenda kata. Menyorot (lagi-lagi) pergerakan aktivis masa Orde Baru, dibumbui dengan kisah cinta yang aduh aduh lah wahai!

6. Bonsai karya Pralampita Lembahmata

Novel ini berkisah tentang keluarga Boenarman, keturunan Cina Benteng di Tangerang. Lewat alur cerita yang apik dan riset sejarah yang intens, kita menelusuri kisah keturunan Cina Benteng sejak leluhur mereka datang dari Tiongkok dan mendirikan Boen Tek Bio pada tahun 1684 sebagai tonggak pertama eksistensi mereka di Tangerang.

Bagi Boenarman, bonsai itu sendiri adalah sebuah monumen yang ia wariskan turun-temurun, yang tidak hanya berwujud pohon kayu yang dikerdilkan, tetapi menyimpan nilai yang sangat berharga.

7. Amba karya Laksmi Pamuntjak

Amba menyodorkan cerita-cerita yang tak terbayangkan oleh pembaca, apalagi bagi pembaca yang awam soal perpolitikan pasca G30S. Kita dibawa ke Pulau Buru, di mana para tahanan politik ditahan di Tefaat (yang saya kira adalah serapan istilah asing, tetapi ternyata Tefaat = Tempat Pemanfaatan, sebuah eufemisme khas Orde Baru).

Diramu dengan kisah cinta yang intens antara Amba dan Bhisma, dengan karakter si bucin Salwa, akhir cerita novel ini sebenarnya bikin saya gemas dan bertanya-tanya.

*****

Tentu masih banyak novel yang meramu cerita fiksi berlatar sejarah bangsa Indonesia. Karya-karya Ahmad Tohari, misalnya. Atau Okky Madasari yang kerap mengangkat isu-isu politis.

Sejarah ditulis oleh pemenang, kata Winston Churchill (konon). Sejarah yang ada dalam buku-buku pelajaran yang saya baca semasa sekolah menengah, tentu beda dengan versi setelah Orde Baru tumbang. Siapa tahu, beberapa puluh tahun lagi, sejarah Indonesia bisa ditulis ulang tanpa ada bagian gelap seperti kisah hilangnya surat asli Supersemar?

Jasmerah, kata Bung Karno. Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.

Karena sejarah adalah pengetahuan yang membuat kita bijak bersikap di masa kini. Contoh gampangnya saja, tidak serta merta gampang terbujuk kaum yang anti pemerintah sekarang dan membeo bilang, “Piye, enak jamanku, to?”

Juga, tidak serta merta tunduk menganggap pemerintahan sekarang 100% tanpa cacat cela. Sejarah mengajarkan, tidak ada pemimpin yang sempurna.

Kamu sendiri, suka novel berlatar sejarah Indonesia yang belum tercantum di tulisan ini? Sila tambahkan di komentar ya!

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru