Selamat ulang tahun, Ibu.
Maaf, anak ragilmu ini belum bisa memberikan hadiah yang berarti kecuali ucapan selamat dan kabar bahwa aku baik-baik saja dan bahagia senantiasa. Bukankah Ibu pernah bilang, kalau aku bahagia, Ibu bahagia? Itu saja sudah cukup, begitu Ibu bilang. Dan Ibu konsekuen nggak pernah meminta macam-macam, nggak pernah menuntut anakmu untuk hidup sesuai standar kebahagiaan pada umumnya (punya karir cemerlang, harta melimpah, bersuami dan beranak-pinak). Karena Ibu paham, dengan segala keanehanku, aku bisa bahagia tanpa mengikuti standar bahagia pada umumnya.
Selamat ulang tahun, Ibu.
Aku masih suka takjub mengingat sosok Ibu di usia ke-80 ini. Masih lincah beraktifitas, masih tajam ingatan, kecuali mata yang kian lamur, tak pernah aku mendengar keluhan Ibu sakit kecuali masuk angin biasa. Sungguh satu berkat Tuhan ya, Ibu masih bisa mendampingi cucu-cucu berangkat sekolah, memasakkan masakan kesukaan mereka, mengajarkan nilai kesederhanaan yang dahulu Ibu ajarkan pula padaku.
Selamat ulang tahun, Ibu.
Meski Ibu nggak akan membaca posting aku ini, biarlah seluruh dunia tahu kalau Ibu hari ini berulang tahun. Aku nggak bisa berpanjang-panjang menulis, sebagaimana tadi pagi kita nggak lebih dari lima menit bicara di telepon. Aku cuma mau bilang aku sayang Ibu.
Oya, benar-benar sekarang aku mengamini bahwa kalau hendak belajar tentang unconditional love, belajarlah dari para ibu.
Salam dari Bali,
Bayik
PS: Dan tepat setelah memposting tulisan ini, saya tersadar bahwa tahun kemarin saya juga menulis singkat tentang ulangtahun Ibu.