Comelan Tentang Tipe-Tipe Orang Yang Susah Bahagia

 

selalu berbahagialah

Kemarin, seorang teman share di akun Facebook, tentang tipe-tipe orang yang susah bahagia. Ada lima tipe orang yang sulit berbahagia, katanya:

  • Orang yang merasa benar sendiri
  • Yang mudah tersinggung
  • Yang selalu merasa kurang
  • Yang membenci orang sukses, dan
  • Yang merasa selalu jadi korban.

Saya pernah menjadi orang yang merasa benar sendiri. Saya pernah menjadi orang yang mudah tersinggung. Tapi itu ‘kan nggak terus menerus ya, pas momen-momen tertentu saja, ya dimaklumi namanya juga orang. Kalau saya bukan orang, pasti saya nggak akan pernah tersinggung dan nggak akan pernah merasa benar sendiri.

Tapi soal selalu merasa kurang, puji Tuhan saya dijauhkan dari hal yang sedemikian. Meskipun saya bukan orang berlebih, tapi saya juga tidak merasa kurang. Meskipun belum mampu beli rumah, toh saya bersyukur saya bisa menyewa apartemen mungil yang membuat saya terhindar dari panas dan hujan. Meskipun belum bisa keliling dunia, toh saya bersyukur saya bisa jalan-jalan alakadarnya dan menikmati saat-saat indah baik sendirian, bersama teman, maupun bersama kekasih saya.

Soal membenci orang sukses, hmmm, yang saya benci bukan kesuksesan seseorang namun cara orang tersebut menjadi sukses. Misalnya, dengan sikut-sikutan menyingkirkan kolega. Atau dengan jualan kecap nomor satu alias bullshitting sementara anak buahnya kerja keras lantas dia yang dicap sukses karena mengklaim kredit yang semestinya milik anak buahnya. Tapi kalau orang sukses atas kerja keras, pun atas keberuntungan semata, bagi saya nggak masalah.

Nah, yang terakhir ini nih yang saya sepertinya nggak pernah merasa dan entah mengapa saya sebel banget sama manusia macam begini.

“Yang merasa selalu jadi korban.”

Korbane sopooo??? Saking gemasnya saya bisa berseru lantang. Saya percaya setiap tindakan kita membuahkan konsekuensi, dan kalau konsekuensinya di luar dugaan, ya jangan menganggap kita adalah korban. Lha susah digawe dhewe kok. Susah dibikin sendiri kok.

Banyak nih contoh manusia yang nyebelin begini.

Yang merasa selalu dikhianati, padahal ya nggak akan ada pengkhianatan apabila nggak ada kepercayaan yang kita limpahkan. Paham?

Yang merasa selalu sendiri, padahal kalau saja dia buka hati, banyak kok yang mau menemani.

Yang merasa selalu kesepian, padahal memang dia sendiri yang menolak uluran tangan persahabatan.

Yang merasa selalu ditinggalkan, padahal dia sendiri yang pergi.

Yang merasa selalu disalahmengerti, padahal…. Hellawww, bagaimana orang bisa mengerti apa yang kita rasakan atau kita pikirkan, apabila kita tidak pernah ucapkan? Mengharap mereka mengerti sama saja mengharap mereka punya indra keenam untuk membaca alam pikiran kita.

Drama banget deh.

Lalu ujung-ujungnya, merasa selalu jadi korban. Merasa selalu jadi orang yang paling menderita. Pret. Keluar sana ke jalanan, cium bau sampah dan bau tak sedap dari sungai, dan bayangkan ribuan manusia bisa hidup di sana. Iya, tinggal bergumul dengan sampah dan bisanya cuma mendirikan gubuk di bantaran sungai.

Trus nggak malu gitu kita merasa jadi korban, merana meratapi nasib, sementara jutaan manusia lainnya mengidamkan apa yang kita punya saat ini?

*****

Saya pernah bergumul dengan banyak masalah. Patah hati, merasa tidak dimengerti, merasa sepi sendiri. Tapi tidak selalu ya! Catat: tidak selalu. Momen-momen buruk itu justru membuat saya makin kuat, membuat saya sadar bahwa tidak sepantasnya saya mengeluh, karena terlalu lama mengeluh dan terlalu banyak keluhan menjadikan saya tidak bahagia.

Syukurlah saya punya beberapa teman yang kejam, yang demen sekali menampar-nampar saya dengan nasihatnya.

Pas nangis-nangis gara-gara dicampakkan gebetan begitu saja, seorang teman bercerita tentang kisah hidupnya yang ternyata jauh lebih dramatis ketimbang kisah cemen saya. Toh saat kisah hidupnya tragis gitu, dia bisa tetap bersyukur, dan menterapi diri sendiri dengan setiap pagi dia beli beberapa nasi bungkus, dia bagi-bagikan ke orang-orang di pinggir jalan. Dengan cara begitu, dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa masalah yang dia hadapi belum seberapa, baru masalah dikhianati pacar, coba tuh lihat mereka yang bermasalah cari makan saja susah.

Di lain waktu, saat saya merasa hidup ini sudah mentok nggak perlu dilanjutin lagi, seorang teman yang lain tertawa dan bilang,” Mau bunuh diri? Gapapa, kamu mati, matahari tetap terbit dari timur kok esok pagi.” Kejam ya? Padahal saya curhat sama dia sudah pakai nangis-nangis gitu sudah kayak mau mati beneran.

Tamparan-tamparan seperti itu yang membuat saya tegar sampai saat ini.

Ya percuma sih, kalau teman saya menampar lalu saya diam saja dan tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki keadaan.

Tentunya saya berubah. Saya sadar bahwa saya harus berubah. Saya nggak mau terjebak pada masalah yang itu-itu saja. Kasihan teman-teman saya kalau harus sampai bosan dengar curhatan yang sama.

Saya mendisiplinkan diri untuk tidak mudah sakit hati.

Saya melihat sekeliling dan bersyukur bahwa saya adalah saya.

Saya yakin bahwa saya bisa. Meninggalkan masa lalu dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Dan saya nggak mau terjebak pada kata-kata kosong. Saya buktikan saya nggak sekedar berniat, tapi juga berbuat.

Saya berkaca dan saya percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi saya, pada waktuNya. Sejomblo-jomblonya saya waktu itu, saya nggak pernah mengutuki diri, mengasihani diri sendiri sebagai makhluk malang yang kok susah banget laku. Saya percaya pasangan saya akan datang. Dan kepercayaan itu benar terbukti kelak.

Jadi, mbak-mbak, adek-adek, kangmas dan para saudara sekalian yang terkasih, hidup itu sederhana. Hidup itu nggak ribet kecuali kalau kita bikin ribet. Nah kalau ternyata segala drama yang bikin kita pusing itu bersumber dari kelakuan kita sendiri, ya jangan merasa jadi korban. Kalau mau fair, merasalah jadi korban tingkah laku diri sendiri yang nggak pernah mendewasa dan bertumbuh. Lalu move on. Bangkit. Berubah. Jangan cuma ngemeng.

Akhir kata saya ucapkan: bersyukurlah selalu.

Dan berbahagialah.

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Read More »

12 Responses

  1. True Story banget, banyak yang ngerasa jadi korban. Eh, sebenarnya itu ulah dianya sendiri. Harusnya orang kek gini, dicemlungin aja di air seember. Biar ramai. 😀

  2. Kalo di komik Lucky Luke, cemplungin ke ter trus kasih bulu-bulu diarak keliling kokta 😀 makasih sudah mampir ya Pangeran Wortel hehehe.

  3. Iya @ Dee, sebenarnya tergantung perspektif.. mau dibikin sederhana, bisa, mau dibikin ribet, bisa. Mau dibikin super duper ribet dengan segala macam drama, bisa juga hehehe.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru