Kami digiring dari sekolah menuju Jalan Pemuda. Di jalan besar itu sudah berjajar banyak anak sekolah seperti kami, dengan seragam merah putih dan juga bendera merah putih kecil di tangan.
Pak Presiden mau lewat, kata Ibu Guru.
Selayaknya anak kecil, mata kami membesar mendengar kata “Pak Presiden”. Waaah, Pak Presiden yang selama ini cuma kami lihat di televisi, akan mengunjungi kota kami? Dan kami berkesempatan menyambut Pak Presiden?
Panas terik Kota Semarang serasa tak membuat kami patah semangat dalam menunggu. Satu jam telah lewat, dua jam, dan akhirnya….
Jalanan telah sepi dari lalu lalang kendaraan. Hanya kami dan para penduduk yang berjejalan di sepanjang jalan protokol kota kami, ketika rombongan Pak Presiden lewat. Kami semangat mengibarkan bendera mungil di tangan-tangan kecil kami.
Dan rombongan lewat begitu saja.
Pak Presiden di mobil hitam tadi, kata Ibu Guru sambil menggiring kami kembali ke sekolah.
Mobil hitam dengan kaca hitam pekat. Bagaimanalah kami bisa menyaksikan Pak Presiden di dalamnya? Padahal kami pengin melihat secara langsung senyum khas Pak Presiden dengan matanya yang menyipit yang sering kami lihat di televisi.
*****
Cerita di atas berbekal ingatan yang samar-samar tentang masa kecil saya. Tidak cuma sekali kami mengalami kejadian serupa. Setiap kali Pak Presiden datang ke kota kami, semua anak sekolah dikerahkan untuk menyambut dan mengelu-elukan beliau.
Dan setiap kali saya cuma melihat mobil hitam berkaca hitam pekat itu lewat.
Hari ini, newsfeed Facebook saya terwarnai oleh satu kiriman teman tentang satu video yang di-share oleh David Dwi. “Orang nomer 1 di indonesia datang ke jambangan dan turun di jalan wooooooeee wooee pak jokowiiiii jambangan”, begitu statusnya.
Jambangan itu di mana, saya juga nggak paham. Tapi saya sempatkan melihat video tersebut.
Dan saya menangis terharu. Coba, kamu tonton sendiri videonya di tautan berikut. (Karena tidak bisa embed video dari David Dwi, saya ambil tautan dari Youtube tentang video yang sama – semoga si pemilik video original berkenan videonya saya share di sini.)
Bayangkan, Pak Presiden kita, Jokowi, sekonyong-konyong berhenti di depan kamu! Gimana nggak histeris coba. Terlebih ketika beliau turun dari mobil dan bersalaman dengan para penduduk dengan sabar. Beliau paham bahwa orang-orang begitu mendambakan melihat pemimpinnya dari dekat. Orang-orang yang mungkin nggak berani bermimpi sebelumnya kalau hari itu mereka bisa menyentuh dan berjabat tangan dengan orang nomor satu di Indonesia saat ini.
Tidak cuma sekali itu Pak Presiden Jokowi membuat kejutan. Beliau sudah sering blusukan. Masih ingat wawancara pertama beliau di Metro TV begitu terpilih sebagai Presiden RI? Begitu selesai wawancara beliau menyempatkan menyapa dan berjabat tangan dengan masyarakat yang berjubelan di pagar istana kepresidenan.
Terlepas dari rekam jejak Pak Presiden Jokowi selama menjabat yang pastinya tidak sempurna, melihat video di atas saya semakin yakin bahwa beliau memang layak menjadi pemimpin.
Sudah banyak kesaksian tentang betapa sederhana gaya hidup Pak Presiden Jokowi.
Sudah terkenal ‘adat’ beliau yang nggak mau terikat protokoler. (Saya ngebayangin, di dalam mobil Pak Presiden melihat orang-orang di pinggir jalan antusias melambai-lambaikan tangan begitu mobil dia lewat. “Wah, turun bentar deh, salaman bentar sama mereka.”)
Dan menurut saya, beliau sakti banget. Tanpa takut, turun dari mobil mendekat pada kerumunan rakyatnya, tanpa peduli bahwa keamanan beliau jadi taruhan. Kalau nggak sakti, apalagi namanya? (Well, in a more serious note, saya melihat beliau benar-benar berpasrah diri pada Semesta. Mestakung. Semesta mendukung. Ciri khas orang yang berpasrah diri pada Semesta ya gitu: nyante hidup tanpa rasa takut.)
Para haters pasti berkomentar: “Pencitraan!”
Pencitraan atau bukan, orang-orang Jambangan jadi senang toh? Apalagi yang sempat berjabat tangan.
Mereka, orang-orang Jambangan akan bercerita pada anak cucu mereka bahwa pada suatu hari, Pak Presiden Jokowi pernah menghentikan iring-iringan mobilnya hanya untuk bersalaman dengan mereka.
Mereka, dan saya dan entah berapa lagi yang menonton video itu, akan tersadar bahwa kita benar-benar punya pemimpin.
Yang mau bersusah payah bersalaman dengan rakyatnya tanpa aturan protokoler.
Bagi saya, jabat tangan tanpa rekayasa seperti itu punya arti lebih.
Rakyat nggak semata-mata menjadi obyek untuk diperintah, namun rakyat adalah partner bagi pemimpinnya.
Perasaan “dianggap” itu penting banget. Coba aja kamu di kantor, kalau dipuji atasan karena hasil kerjamu memuaskan, senang ‘kan? Dan pastinya jadi semangat untuk bekerja lebih baik lagi.
Pak Presiden Jokowi paham itu.
*****
Saya jadi ngarep nih, mbokya saya dikasih keberuntungan seperti orang-orang yang pernah satu pesawat sama Pak Presiden Jokowi, atau pas ada di pasar ketika Pak Presiden Jokowi blusukan. Boleh aja ‘kan saya ngarep bisa bertemu beliau dan berjabat tangan? Lebih bagus lagi kalau bisa selfie bareng.
Kira-kira, ada kemungkinan beliau mampir ke Kalibata City nggak ya? Atau ke Tebet deh tempat saya mangkal.
Note: Selama menulis artikel ini, saya gamang antara menulis “Pak Presiden Jokowi” atau cukup “Jokowi” saja. Namun mungkin masih terperangkap rasa kagum dan hormat akibat video tadi, akhirnya saya memutuskan menulis “Pak Presiden Jokowi”.
7 Responses
Cakepppp!!! Aku juga hampir brebes mili lihat video ini. Pas mereka teriak, “Wah… mandeg! Mudun..!” dengan nada antara kagum dan tak percaya. Untung aku ratu tega, gak jadi nangis deh. LOL. Tapi benar… aku pun terbayang orang2 Jambangan itu bakal mengenang sampai anak cucu bahwa presiden pernah turun di sini
Aku yo ngarep banget khoq Boss. Opo maneh mari salaman trus disuruh handle eventnya Presiden Jokowi. Akan jadi kebanggaan sendiri kalau mimpi tsb jadi nyata.
Awalnya kupikir halah video blusukan biasa.. tapi ternyata kok mengharukan yo, melihat antusiasme orang-orang.. dan yang ngerekam videonya keliatan kocak jadi antara merinding sama seneng campur aduk melihatnya.
Amin boss… bagi-bagi nek entuk handle eventnya yo hahaha. Maturnuwun sudah mampir dan membaca!
saya bukanlah orang yang memilih Pak Jokowi pada pemilihan kemarin namun saya tetap mendukung segala keputusan beliau yang menurut saya tergolong strategis. saya pun memahami bahwa blusukan seperti itu makin menguatkan kedekatan emosional masyrakat. sehingganya masyarakat merasa diperhatikan oleh pemimpinya.
semoga ini bisa ditiru oleh semua kepala daerah..aamiin
Betul, kedekatan emosional antara rakyat dan pemimpin bisa menjadi modal untuk bekerja bersama-sama. Terima kasih sudah mampir dan membaca ya!
Aku sih nggak terlalu senang ya kalau anak-anak harus diminta menyabut presiden seeprti itu. Kasian soalnya mereka harus datang pagi-pagi banget untuk bersiap siap 🙁