Gojek Driver

Pengalaman Menggunakan Go-Jek di Bali

Pengalaman menggunakan GoJek saat mereka ekspansi ke Bali di tahun 2015.

Meskipun Go-Jek sudah sejak Maret 2015 ekspansi ke Bali, saya baru menggunakan jasanya semingguan ini. Buat yang masih asing dengan Go-Jek, singkat kata mereka menyediakan layanan ojek yang bisa diorder via aplikasi yang tersedia untuk iPhone dan Android. Nggak cuma buat transport, mereka juga menyediakan jasa buat kurir barang, pembelian makanan dan shopping. Lengkapnya silakan lihat Go-Jek.com ya!

Balik ke pengalaman saya. Saya baru menggunakan jasa transport dan belum yang lainnya. Rangkuman pengalaman saya (3 kali sukses, 2 kali gagal) adalah: layanan yang menyenangkan dengan apps yang mendekati ‘sucks’. Mengapa? Berikut yang saya alami berkenaan dengan aplikasi Go-Jek:

  • Pertama kali menggunakan apps, saya pesan untuk “Pick Up Later” dengan lokasi jemputan di Sunset Road dan tujuan Jalan Pelabuhan Benoa. Beberapa saat ketika saya refresh page, terlihat bahwa driver sedang menuju ke arah… Jalan Pelabuhan Benoa! Panik dong! Bukannya harusnya saya dijemput di Sunset Road. Akhirnya telpon CS (di Jakarta, belum ada CS di Bali) dan CS bilang untuk “Pick Up Later” systemnya masih error. CS menawarkan untuk membatalkan pesanan dan memesan ulang. Problem’s solved.
  • Dari sisi penggunaan, apps Go-Jek mudah dimengerti dan digunakan. Tapi yang menjengkelkan, saat harus menemukan lokasi tujuan, 99% saya nggak menemukannya di peta. Pun di catatan di atas, ketika CS membantu membuat pesanan untuk saya, dia tidak menemukan lokasi Jalan Pelabuhan Benoa. Padahal kalau dicari di Google Maps, ada. Akhirnya solusi sementara ya cari lokasi yang terdekat.
  • Masih mengenai peta alias maps, konyol sekali apabila saya sudah menentukan lokasi jemputan di Kuta, Bali misalnya, lalu ketika search lokasi tujuan, muncul semua alternatif lokasi di seantero Indonesia. It doesn’t make sense huh? Masa’ iya saya naik ojek dari Kuta, Bali ke Manggarai, Jakarta? Dalam hal pemetaan ini, jauh lebih asik menggunakan Uber. Lebih akurat.
  • Sekali kejadian, saya dijemput oleh dua driver. Kok bisa? Ya entah karena dua-duanya mengaku mereka yang mendapatkan order. Tentu saya memilih driver yang namanya tertera di apps, meskipun kasihan juga driver yang satunya sudah jauh-jauh menjemput. Saya nggak yakin apakah system yang salah, atau driver yang kurang paham cara apps bekerja sehingga mereka main jemput saya.
  • Saya rasa para driver sudah paham hal di atas karena setiap saya selesai melakukan order, mereka pasti telpon saya untuk memastikan apakah nama yang muncul di apps adalah nama mereka. Kalau memang sama, baru mereka pergi menjemput. Kalau beda, ya berarti ada driver lain yang lebih cepat mengambil order tersebut. Paham sih, dalam hal beginian, kecepatan driver dalam mengambil order dengan selisih sepersekian detik saja sudah berarti.

Sebagai pelaku gaya hidup praktis, saya senang banget ada Go-Jek di Bali. Solusi buat kemacetan Bali dan juga masalah parkir yang bikin pusing tiada tara. Meskipun sudah ada Sarbagita di Bali, transportasi publik di Bali masih jauh dari impian. Dari segi ekonomi, jelas lebih irit pakai ojek daripada taksi yang entah kenapa kalau di Bali argonya berputar lebih kencang. Sebagai perbandingan aja, dari Teuku Umar ke Mal Bali Galeria pakai Go-Jek = Rp. 39,000. Pas pulangnya (dengan rute kurang lebih sama) pakai taxi argo = Rp. 78.000. Nah di sini nyamannya pakai Go-Jek, karena tarif sudah kita ketahui saat order, jadi nggak perlu tawar menawar kayak kalau mau pake ojek biasa.

Selama berkendara, sempat-sempatnya loh saya mengajak ngobrol para driver itu. Saya penasaran dari mana mereka tahu keberadaan Go-Jek, dan dua dari tiga driver saya menjawab: dari olx. Wah ampuh juga situs satu ini buat menyebarkan info lowongan pekerjaan ya.

Dua dari tiga driver saya juga bilang, mereka punya pekerjaan lain selain jadi driver Go-Jek. Satu jadi sekuriti hotel, yang satunya kerja di bengkel. Ini yang bikin saya salut banget, orang-orang yang nggak demen males-malesan tapi bisa memanfaatkan peluang yang ada.

Namun dari yang saya lihat, ada ancaman kecil yang harus diantisipasi sejak dini. Karena para driver (di Bali, entah yang di Jakarta) adalah outsource alias partner lepasan dan bukan pegawai tetap, akan sulit untuk mengontrol kualitas servis mereka. Saya berharap sih secara berkala pihak Go-Jek melakukan training, misalnya seputar servis bagaimana cara melayani pelanggan yang baik, bisa juga tentang bagaimana cara berkendara yang aman dan sehat, sampai pada training soal manajemen waktu dan manajemen keuangan.

Cuma ya, catatan terpenting adalah bagaimana Go-Jek meningkatkan kualitas aplikasinya. Itu aja sih.

Oya, Go-Jek menyediakan referral code buat kita, jadi teman yang pakai referral code kita akan mendapat free kredit Rp. 50,000 untuk pemakaian pertama, dan kita juga akan dapat Rp. 50,000. Silakan pakai referral code saya ya: 542611305.

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Read More »

2 Responses

  1. Wah menarik juga cerita abang. Kapan – kapan kalau main ke Bali lagi pakai ojek saya ya abang di http://www.scooterbalitour.com

    Hehehe kok jadi promosi malah. Iya bang soalnya gojek di Bali wilayahnya sangat terbatas, tidak bisa masuk ke semua lokasi di Bali. Sebenernya sih pingin juga gabung, tapi kurang leluasa. Sampai bertemu abang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru