Beberapa bulan yang lalu, seorang teman mengirimkan pesan lewat Skype. Katanya, dia dapat penawaran untuk investasi yang menggiurkan. Dia minta pendapat saya, apakah program yang ditawarkan itu valid atau nggak.
Karena saya master of google, nggak butuh waktu lama untuk saya bilang kepadanya, “Itu money game. Jangan ikut.”
Oh ya, MLM dan Money Game itu beda ya. MLM itu legal dan diakui pemerintah (meski ada juga MLM yang bodong), dan terbukti banyak teman saya juga yang sukses dengan mengikuti MLM yang terpercaya. MLM punya produk yang jelas untuk dijual, dan kita bisa mendapat keuntungan dari produk yang dijual, juga dari perekrutan downline.
Kalau money game? Namanya juga “permainan uang”, jadi ya uang aja yang dimainin. Uang siapa? Uang mereka-mereka yang mendaftar sebagai member. Nggak ada produknya.
Money game sudah merambah Indonesia sejak lama. Sejak 2005 sudah tercatat banyak tawaran berkedok investasi yang menggiurkan. Sebelum itu, ada juga “arisan berantai”. Itu semacam money game juga.
Sudah banyak korban.
Herannya, mengapa selalu saja bisnis bermodel money game itu laku ya? Dari tahun ke tahun selalu saja ada produk dengan nama baru dan sistem yang katanya baru dan lebih baik daripada sistem terdahulu.
Dan orang tetap saja percaya.
Dari banyak artikel yang saya baca hari ini seputar money game (saya bagikan tautannya di bagian akhir artikel ini), saya menarik kesimpulan mengapa money game masih saja laku di Indonesia.
Inti permasalahannya satu saja: masih banyak orang yang pengin kaya dengan cara cepat dan nggak mau susah.
Itu target empuk bagi para founder bisnis money game ini.
Diiming-imingi penghasilan 1% per hari (dari dana yang disetor), siapa yang nggak mau? Traveling ke Paris di akhir tahun, siapa yang nggak tergiur?
Nah, orang-orang yang menjadi peserta alias partisipan atau member money game ini, saya lihat punya kecenderungan sifat seperti berikut:
- Berani bermimpi.
Tapi salah kaprah. Iya, mimpi dapat “passive income” dengan mudah, nggak usah cari downline juga bisa dapat 1% penghasilan perhari (dari dana yang disetor), traveling ke sana-sini. Berani bermimpi itu bagus. Orang yang nggak berani bermimpi, hidupnya ya bakal gitu-gitu aja. Tapi jangan cuma bermimpi, gan! Berani juga lihat kenyataan, seperti: dari mana asal keuntungan yang saya terima? Apakah ada produk yang menjual, atau mengandalkan uang pendaftaran dari member baru? Kalau misalnya saya (dan semua member) berhenti mencari downline, apakah institusi yang saya ikuti ini masih bisa hidup? - Defensif.
Pertanyaan-pertanyaan seputar validitas sebuah model bisnis, dengan mudah bisa didapat jawabnya. Sayangnya, namanya manusia ya, terkadang kita mendengar hanya apa yang kita ingin dengar. Apabila jawaban bertolak belakang dengan keyakinan alias apa yang kita ingin dengar, langsung jadi defensif deh. Dibilanglah kita-kita yang mencoba obyektif sebagai: negatron. Atau, nggak tahu model bisnis sebenarnya. Atau, iri karena nggak bisa ikutan join. Hadeh. Ngapain juga saya iri sama kalian, puji Tuhan penghasilan dari pekerjaan tetap sudah cukup buat saya. - Denial.
Disadarkan tentang pembodohan yang dilakukan para founder, jawabnya ngeles atau pura-pura tidak tahu. Padahal dalam hati mungkin bertanya-tanya, duh bener nggak ya komunitas yang saya ikuti ini? Duh, duit saya bakal balik nggak ya? Well, karena dituntut untuk selalu tampil sukses demi menggaet member baru, terpaksa deh menyangkal semua fakta pembodohan itu, paling enggak sampai duit modal balik deh. - Senang berjudi.
Ini sifat yang dimiliki member yang sudah tahu kebusukan money game, tapi tetap ikut dengan harapan: ya semua usaha pasti ada resikonya. Mudah-mudahan sekarang nggak apes. Kemarin ‘kan taruh duit 1 juta balik, sekarang coba deh taruh 10 juta. Namanya juga hidup, gambling dikit laah.
Ya gapapa sih kalau duitnya duit nganggur. Kalau dibela-belain utang, gesek kartu kredit, jual gadai harta demi bisa ikutan bisnis nggak jelas gini, patut dipertanyakan lagi deh, taruhannya terlalu besar.
Kalau kita lihat produk yang bermodel bisnis money game ini, semua punya ciri-ciri sebagai berikut:
- Menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
Bisa dimengerti, kalau nggak menebar janji begini, siapa yang bakal mau gabung? - Nggak perlu produk buat dijual, cukup rekrut downline atau member baru.
Kalau mau berpikir cerdas sebenarnya sudah jelas, kalau nggak ada produk yang dijual, dari mana keuntungan yang akan kita dapat? Dari downline? Nah kalau downline terhenti alias nggak ada lagi yang mau jadi member, apa yang akan terjadi?
Liciknya, produk yang belakangan muncul dengan lihai menyiasati pertanyaan ini dengan melengkapi model bisnis dengan jualan produk juga, misalnya situs promosi, bikin tour & travel, konon bakal merambah ke bisnis properti, asuransi, dan semua-mua mau diambil deh. - Kalau ada produk yang dijual, apakah valid?
Saya sendiri bisa mengklaim saya punya situs yang berjualan iklan, tapi apakah segampang itu? Apakah profitable? Apakah valid sebagai sumber keuntungan yang akan dibagikan saya 1% setiap harinya? - Kalaupun ada produk yang dijual, presentasi tidak fokus pada produk tapi pada bonus dan keuntungan.
Namanya juga menebar mimpi, yang digembar-gemborkan adalah keuntungan yang bakal didapat kalau kita join. Soal produk, itu belakangan, soalnya kalau dibahas panjang lebar malah bakal kelihatan kalau itu tidak profitable. - Presentasi heboh dengan skema yang memusingkan dan istilah-istilah kekinian.
Presentasi dibuat sekeren mungkin dan seheboh mungkin, dengan istilah-istilah yang kurang dipahami member yang orang awam. Pastinya ini strategi si founder ya, bikin pusing aja sampai terhipnotis dan akhirnya mengucapkan kata: iya, saya join deh. Sedikit catatan, saya menemukan satu video di Youtube seputar komunitas ala-ala ini, di mana foundernya semangat sekali menunjukkan bahwa mereka akan mendapat keuntungan dari Google Adsense. Presentasi yang manjur, saya akui! Hasil dari riset singkat saya, semua member yang saya temukan di Facebook pasti menyebut-nyebut soal Google Adsense ini seakan-akan gampang sekali dapat duit dari Google Adsense. Duh, kalian lihat sendiri di blog Balepoint ini, kalau mengikuti logika mereka, saya pasti sudah kaya banget dong! - Testimoni-testimoni palsu.
Sudah beredar banyak di Kaskus seputar money game ini. Foto dengan pejabat, artis, ulama, figur masyarakat, lalu diplintirkan seakan-akan para figur ini bergabung di komunitas mereka. Atau kalau nggak, foto bersama mobil seakan-akan itu hasil kerja keras mereka. Kocak sih, namun menyedihkan. Yang lebih parah, barusan saya temukan di Youtube, founder dan para top leader berjalan-jalan sampai ke Menara Eiffel… dan itu video palsu dengan green screen effect.
Tapi seperti saya tulis di atas, para member ‘kan memang bersifat defensif ya, jadi mau disodorin fakta soal kebohongan macam gini, paling-paling menuduh balik bahwa kita ini negatron alias negative thinking mulu. - Foundernya sudah pernah bikin produk serupa.
Ada loh founder satu komunitas yang sekarang beridentitas “salam empat jari”, dan dulu dia adalah founder (atau leader?) bisnis serupa dengan salam satu jari, dua jari dan tiga jari! Kira-kira, kalau “salam empat jari” ini kolaps, dia bakalan muncul lagi nggak ya dengan salam lima jari?
Lalu bagaimana cara agar kita nggak terbujuk rayu jatuh ke pangkuan model bisnis begini?
Beranilah bermimpi, namun beranilah melihat kenyataan. Pengin kaya itu boleh, tapi pertimbangkan baik-baik cara menuju kaya.
Kalau cari duit ala passive income itu gampang, semua orang sudah join model bisnis begituan.
Cari informasi sebanyak-banyaknya, dan jangan defensif, terima semua pendapat meskipun itu bertentangan dengan kata hati kita. (Ya, kata hati pasti bilang ah model bisnis ini valid dan bakal bikin saya cepat kaya, iya ‘kan?)
Pemerintah lewat OJK dan APLI punya daftar, usaha apa saja yang masuk blacklist mereka. (Lagi-lagi, ini pintarnya money game yang muncul belakangan, yang mengaku tidak terdaftar di OJK maupun APLI karena mereka bukan lembaga investasi dan bukan juga MLM.)
Kerja, kerja, kerja. Nggak kerja, ya nggak dapat duit.
Berikut beberapa tautan untuk menambah wawasan, semoga kita dan orang-orang di sekitar kita terhindar dari jebakan money game yang makin lama makin lihai menancapkan kukunya di Indonesia. Disclaimer: di bagian komentar artikel-artikel yang saya bagikan ini, kalian bisa lihat sendiri komentar dari para member yang sifatnya sudah saya jelaskan di atas: defensif dan denial. Enjoy!
- Awas Tertipu D4F
- Teliti dan Kritis Kalau Tidak Mau Tertipu D4F
- Dream For Freedom (D4F), Money Game Lagi?
- MLM dan Money Game Itu Beda, Loh!
- Seluk beluk money game ada di blog ini
- Charles K. Ponzi, Penemu Money Game
12 Responses
menurut ane money game ga bagus gan
@Fabio: iya gan, mending duitnya ditabung ntar kalo dah cukup modal, bikin usaha kecil-kecilan.
gak terlalu percaya money game tapi perlu dicoba tuh untuk membuktikan
blum pernah main gituan 😀 mending monopoli
ane baru ngerti money game dari sini gan,
@Maula: semoga berfaedah dan bisa jadi bekal agar tidak gampang tergiur bujuk rayu money game ini, karena mereka selalu muncul dengan brand yang beda dan konsep yang seolah-olah beda dari pendahulunya, tapi intinya sama: mengandalkan rekrutmen member baru untuk membayar komisi member lama.
@Yuki: betul gan.. main monopoli sampai bangkrut juga gak ganggu asap dapur hehehe.
@Jono: boleh dicoba tuh di D4F minimum 1 juta… ada yang terbaru KIS (Komunitas Indonesia Sejahtera), biasanya kalo join dulu-duluan masih bisa dapat untung, jadi saran saya kalo mau coba, coba di KIS saja. Resiko tanggung sendiri ya… kalo saya, nyobain 1 juta anggap aja eksperimen dan jangan harap uang kembali, dan ingat: JANGAN CARI DOWNLINE biar kalo eksperimen gagal, yang menderita cukup kita saja tanpa melibatkan nasib anak orang (downline).
saya mah ndak suka dengan money game..tapi tetap saja laku ya
@Kang Zeer: itu dah herannya, sudah banyak yang tertipu, tapi lebih banyak lagi yang belum tahu trus jadi korban 🙂
Kak, bagaimana dengan bisnis di PT. Duta network indonesia? Apakah termasuk mlm atau malah money game? Thanks 🙂
Hi Heri kalau PT Duta Network Indonesia saya kurang tahu, malah baru pertama kali ini dengar hehehe. Tapi dari riset sekilas di internet, ada pro dan kontra.