Seperti saya singgung di artikel sebelumnya, saya sempat menginap di hostel selama dua malam. Dan ini pengalaman pertama saya menginap di hostel.
Kalau menginap di hotel kapsul macam Bobobox sih, lumayan sering. Tapi kalau untuk hostel dengan tipe kamar dormitory dan bunk bed, baru pertama kali saya rasakan kemarin itu.
Awalnya saya mencari penginapan di Jogja untuk dua malam. Mau nginep di hotel kapsul, kok bosen. Nginep di hotel, apalagi, bosen pol. Pengin cari pengalaman lain, gitu.
Lalu, saya tertumbuk pada profil hostel Wonderloft ketika browsing di Booking.com.
Sepertinya menarik, nih. Mengapa tidak saya coba saja?
Apalagi pemesanan tidak memerlukan kartu kredit dan juga tidak perlu prepayment.
Hanya butuh beberapa menit untuk pesan lewat Booking.com.
Sabtu sore, saya tiba di Wonderloft, yang ternyata ada di sekitar daerah Prawirotaman. Agak jauh dari Malioboro sih, tapi memang saat itu saya menghindari Malioboro yang sudah terlalu mainstream dan touristy.
Saya disambut Mbak Wulan yang sedang in charge. Proses check-in cepat banget. Bayar kamar di muka, lalu terima kunci akses keluar masuk hostel.
Ada locker tersedia, tapi locker-nya nggak bergembok, jadi mohon bawa gembok sendiri ya.
Kamar yang saya pesan bisa memuat 6 orang dengan tiga ranjang bertingkat. Khusus perempuan. (Kalian bisa pilih dormitory untuk male only, female only, atau mixed alias campuran.)
Kamar mandi seperti biasa sharing, dengan shower dan water heater, dan juga tersedia dua toilet terpisah.
Saat itu sempat kepikiran juga karena saya bawa laptop (dua biji pulak). Mikir gimana keamanannya. Tapi karena ini Jogja dan saya yakin tamu dormitory di Jogja baik-baik semua, saya sisihkan kekhawatiran itu.
Dua malam saya lewatkan dengan manis.
Malam pertama malah asik ngobrol dengan Mbak Wulan dan beberapa tamu lainnya, sampai jelang tengah malam. Ngobrol tentang apa saja, mulai dari buku, pemberdayaan perempuan (haseeek!), sampai ke pengalaman Mbak Wulan yang luar biasa. (Hai, Mbak Wulan!)
Semua tamu tentu saja berkebangsaan Indonesia. Pandemi membuat tamu-tamu mancanegara sementara tidak bisa berkunjung.
Saya melihat, tren booking hostel mulai naik di kalangan wisatawan nusantara, ya. Belum ada studi empiris sih, boleh lah siapa yang masih menyusun skripsi atau butuh topik penelitian, topik ini silakan diangkat.
Sebenarnya, apa plus minusnya menginap di hostel?
Pengalaman saya kemarin memberikan beberapa poin plus:
- Menambah kenalan. Berbagi kamar di hostel membuka peluang untuk berkenalan dengan para pejalan lain. Seperti yang saya alami, dalam waktu singkat saya sudah berkenalan dengan empat orang. Berbagi cerita, berbagi pengalaman. Seru, deh!
- Hemat. Bagi yang mencari penginapan dengan budget rendah, hostel bisa jadi pilihan, meskipun di masa pandemi ini banyak hotel yang banting-banting harga juga.
- Ada sesuatu yang beda. Entah ya, atmosfer hostel itu bagi saya jelas beda banget dengan hotel yang individualistis dan formal. Di hostel, saya berasa di rumah sendiri. Lebih cozy, santai, gitu.
Kalau poin minusnya, menurut saya hanya seputar:
- Sekuriti. Bagaimana pun, berbagi kamar dengan pejalan lain membutuhkan kehati-hatian. Tidak hanya soal barang, tapi juga agar kita terhindar dari perlakuan teman baru yang tidak kita inginkan.
- Harus pintar menjaga kelakuan. Karena kita tinggal dalam satu kamar, dan juga berbagi banyak ruang publik, kita perlu menjaga kelakuan kita agar tidak mengganggu sesama tamu. Biasanya di hostel atau hotel kapsul, ada jam tenang pada malam hari. Patuhi, agar kita semua bisa tidur tenang dan beristirahat sebaik-baiknya. Berbagi kamar mandi pun begitu. Selalu ingat untuk jaga kebersihan.
Jadi, kapok nggak menginap di hostel? Saya sih enggak.
Terlebih untuk Wonderloft Hostel, recommended banget deh. Tempat tidurnya cukup memadai untuk tidur nyenyak. AC di kamar berfungsi baik. Kamar mandi dan toilet, oke. Kalau mau booking, silakan klik tautan ke laman Wonderloft Hostel di Booking.com ini ya.
Kalian pernah menginap di hostel? Bagikan ceritanya dong di kolom komentar!
Oya, biar tidur di hostel makin nyaman, boleh nih siapin penutup mata alias sleeping eye mask. Cekidot di Tokopedia, ya!