Saat saya naik Goride kemarin, saya sempat berbincang dengan Pak Ridwan, driver Gojek yang mengantar saya. Iya, saya memang gemar mengumpulkan cerita dari siapa saja, dan kapan saja.
Jadi Pak Ridwan ini hobi memancing. Kota seperti Pekalongan, Tegal, Semarang, kerap dikunjunginya untuk menyalurkan hobinya itu. Bersama teman-teman sesama penghobi mancing, tentunya.
Paling jauh, beliau memancing di Batam.
Jauh banget, yak.
Pak Ridwan ini secara rutin melaksanakan hobinya.
“Biar semangat ngojek, Mbak,” katanya. “Cari duit yang banyak, ditabung buat bekal, kalau bekal sudah cukup langsung deh cabut mancing.”
Kurang lebih tiga bulan sekali Pak Ridwan pergi ke luar kota Jogja untuk memancing.
Bagi saya, yang dilakukan Pak Ridwan itu sungguh penerapan work life balance yang hakiki.
Work life balance mudah dipahami sebagai keseimbangan antara kerja dan segala di luar pekerjaan. Tidak ada konflik antara dua dunia yang berbeda ini.
Jika kita terlalu keras bekerja dan mengesampingkan keluarga, itu artinya titik keseimbangan belum tercapai.
Kerja, kerja, kemudian menikmati hasilnya. Bukankah itu inti dari work life balance yang diinginkan banyak orang, dan pada saat yang bersamaan juga disalahpahami?
Kebanyakan orang mengidamkan work life balance, tapi mau enaknya saja. Mengabaikan proses berdarah-darah yang harus diikuti.
Banyak yang ingin rebahan, tapi malas bekerja. Begitu dituntut untuk datang kantor tepat waktu, banyak alasan, lantas menuduh kantor tidak paham soal work life balance.
Pak Ridwan bilang, ada tujuan yang ingin dia capai. Sederhana saja: memancing.
“Kerja itu harus punya tujuan, Mbak. Jadi kerja itu terarah, nggak asal-asalan kerja.”
Baiklah, Pak. Terima kasih atas cerita dan kearifan yang Bapak bagikan. Sukses selalu untuk kerja dan hobi memancingnya!