Memberi dan Menerima, Sama Baiknya, Sama Susahnya

 

Banyak orang menyangka, lebih baik memberi daripada menerima. Juga mereka bilang, lebih sulit memberi daripada menerima. Ya, kalau menerima seperti pengemis, gampang ‘kan, tinggal menadahkan tangan. Sementara memberi, selain kita harus punya dulu apa yang akan diberikan, juga butuh keikhlasan untuk melepaskan barang atau apapun itu dari tangan kita.

Saya bilang sih, memberi dan menerima sama baiknya. Menerima itu, juga sama sulitnya dengan memberi.

Ya ‘kan, kalau semua orang suka memberi tanpa ada yang menerima, bagaimana dong? Dan kalau yang akan menerima itu gengsinya tinggi, batal dong kita memberi?

Saya sih suka-suka saja, diberi maupun memberi. Tanpa punya perasaan berhutang. Saya nggak minta kok, mereka dengan sukarela memberi saya boneka. Atau mentraktir makan saya. Atau mengajak saya berlibur dengan hotel gratis tanggungan mereka.

Demikian pula dengan memberi. Selama saya ingin, tanpa diminta saya akan berikan apapun agar membuat orang lain senang.

Kecuali dengan pengemis ya. Kalau untuk pengemis, saya masih bersikukuh untuk tidak memberi apa-apa, karena curiga ada mafia di belakang mereka.

Dan makin kesini, makin sadar memberikan barang-barang itu lebih mudah ketimbang memberikan hal-hal yang emosional sifatnya. Atau yang tidak terlihat. Seperti: waktu.

Seberapa banyak waktu yang kita berikan untuk teman kita? Apakah kita hanya bertemu untuk bersenang-senang belaka, atau nggak peduli kapanpun dan dalam hal apapun, asal mereka butuh kita, kita ada?

Seberapa sering kita menghadiahkan senyum atau sapaan manis untuk orang-orang yang kita temui?

Seberapa ikhlas kita memberikan perhatian dan kasih sayang, pada siapapun mereka yang ada di sekeliling kita?

Pun, menerima hal-hal yang emosional itu juga nggak mudah. Siapa sih dia, kok sok perhatian gitu sama gue? Apa sih maksud dia, tersenyum dan ramah sekali padahal kita baru pertama kali bertemu? Kenapa sih musti dia yang cinta gue, kenapa bukan yang lain?

Tiba-tiba saya tersadar, I’m not that generous. Saya masih harus banyak belajar untuk memberi. Dan menerima kebaikan orang-orang yang selama ini sudah menyayangi saya.

 

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Read More »

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru