Pengalaman Tanggal Tua

Nggak Pernah Kenal Tanggal Tua? Hidup Terasa Kurang Hidup!

kutipan tentang tanggal tua

Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.

Mengapa dinamakan “tanggal tua”? Kamus Besar Bahasa Indonesia hanya menjelaskan bahwa “tanggal tua” berarti “akhir bulan”. Padahal kita tahu, belum menginjak akhir bulan sudah banyak yang mengeluh “duh, tanggal tua nih!”. Sekarang mayoritas kita mengasosiasikan “tanggal tua” tidak hanya dengan akhir bulan, tapi juga dengan menipisnya duit di dompet (dan di rekening bank, tentunya).

Kalau menurut saya, mengapa dinamakan “tanggal tua” karena bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang santun. Jadi daripada bilang “duh, tanggal miskin nih!”, atau menyebutnya sebagai “tanggal bokek” maupun “tanggal di mana setiap recehan berharga”, kita memakai istilah tanggal tua untuk memperhalus kenyataan.

Nah, mengapa saya bilang bahwa tidak pernah kenal tanggal tua, hidup terasa kurang hidup? Bukannya tanggal tua berarti sengsara mendera, kemiskinan menyapa, memaksa diri untuk puasa, sampai nanti tiba hari gajian lagi untuk foya-foya?

Tanggal tua itu banyak sensasinya, bro!

Bayangkan kalau hidupmu datar-datar saja. Sedari kecil sampai kuliah sampai berkeluarga, duitmu selalu ada karena terlahir dari keluarga mampu dan nggak pernah ngerasain yang namanya kekurangan uang. Bagi saya yang hidup nyerempet-nyerempet bahaya ini, kok kurang berbumbu ya. Nggak pernah ngerasain makan mie instan tiga kali sehari (karena nggak ada pilihan lain). Nggak pernah merasa girang bukan kepalang karena menemukan duit duapuluh ribu di saku celana tanpa sengaja, padahal kita pikir duit kita sudah tinggal limaratus perak dan sudah siap-siap untuk mati berhutang di kawan terdekat.

Kalau kata orang nih, kita akan lebih bisa menghargai sesuatu saat kita kehilangannya. Misalnya, pas sakit baru lebih bisa menghargai kesehatan. Pas putus sama pacar, baru merasa pacar kita perhatian banget dan gak layak diputusin.

Demikian juga dengan uang.

Setelah melewati periode tanggal tua dengan selamat, kita bisa lebih menghargai gaji yang kita terima meski jumlahnya pas-pasan. Kita bisa lebih bersyukur.

Setelah merasakan betapa pahitnya nggak punya duit, kita jadi lebih hati-hati menggunakan uang gaji agar tragedi tanggal tua tak lagi kita alami.

Setelah bertahan hidup dengan recehan yang terkumpul di seluruh sudut rumah, kita jadi nggak seenaknya buang recehan dan lebih menghargai recehan yang telah menyelamatkan hidup kita.

Kalau kita pernah mengalami tanggal tua, ibaratnya kita pernah mengalami pahitnya hidup. Dan seperti pare yang rasanya pahit, kepahitan hidup itu sehat buat jasmani asalkan dosisnya nggak berlebihan.

Pengalaman Tanggal Tua Seorang Bayik

Ebook Pengalaman Tanggal Tua
Ini cuma dummy aja kok, bukunya belum terbit (ditulis aja belum)

Pengalaman tanggal tua saya sih banyak banget. Mungkin bisa dibukukan dengan judul “Bagaimana Tetap Bahagia di Tanggal Tua”. Tapi daripada dibukukan dan menyebabkan keprihatinan massal (karena yang baca buku jadi prihatin bener setelah tahu kisah hidup saya), mending saya bagi-bagi cerita di sini deh.

Saya mulai kenal tanggal tua setelah jadi mahasiswa. Tinggal di kota rantau, tahun pertama saya bisa memenej keuangan dengan baik. Kiriman uang dari orang tua cukup lumayan. Saya bisa beli buku, bisa nongkrong di Excelso sesekali. Untuk mahasiswa tahun ’90-an, nongkrong di coffee shop itu udah satu kemewahan lho!

Tapi entah mengapa setelah tahun kedua, saya jadi buruk banget memenej keuangan. Duit selalu habis entah buat apa. Mungkin buat jajan dan nongkrong berlebihan. Dan di minggu terakhir, saya mulai harus prihatin karena duit sudah nyaris habis. Minta tambahan uang ke orang tua, pantang.

Alhasil ya kudu super ngirit. Biasanya makan tiga kali sehari, jadi dua kali sehari. Itupun yang sekali makan mie instan.

Terkadang, buat makan dua kali sehari saja, duit ini nggak cukup. Padahal saya kalau makan sederhana aja, nasi sayur tempe pun jadi. Tetap, ada saat-saat di mana krisis melanda. Jadi saya harus bertahan hidup dengan makan sekali sehari, lalu untuk ganjel perut di malam hari cukup dengan jajan gorengan empat biji.

Ngenes ya?

Lebih ngenes lagi, pada suatu ketika saya benar-benar nggak punya duit. Saya cuma sarapan teh manis dan jalan kaki ke rumah teman untuk numpang makan (saking nggak punya duit buat bayar angkot). Lumayan jalan kaki hampir satu jam, dan di tengah jalan saya melewati satu rumah yang ada pohon belimbing yang sedang berbuah. Saya sampai menahan diri untuk tidak meraup buah belimbing yang sudah setengah busuk bertebaran di trotoar, saking laparnya.

Setelah saya bekerja, manajemen keuangan saya tidak juga membaik. Dengan gaji yang lumayan, tetap saja di akhir bulan terkena sindrom tanggal tua.

Penyebabnya?

Selain manajemen keuangan yang buruk, terkadang ada hal-hal yang di luar dugaan terjadi, yang tidak kita masukkan ke budget. Duit tersedot untuk kebutuhan mendadak tersebut, dan karena saya nggak punya dana cadangan, ya meranalah menjelang akhir bulan menanti gajian tiba.

Resep Untuk Bertahan di Tanggal Tua

Berdasarkan pengalaman tanggal tua saya yang segudang, saya menarik simpulan bahwa kunci untuk bertahan hidup di tanggal tua adalah:

  1. Super hemat. Kalau pas tanggal muda kita memang harus berhemat, di tanggal tua kita harus super super hemat. Apa saja yang bisa dihemat, hematlah. Dulu saya biasa mengganti sabun cair dengan sabun batang yang pastinya harganya lebih murah.
  2. Kreatif. Siapa yang nggak bosan makan mie instan melulu? Kita harus kreatif ngakalinnya. Misalnya daripada bikin mie rebus atau mie goreng, boleh deh bikin martabak mie biar rasanya nggak membosankan. Beli nasi bungkus di warung padang dengan tambahan saus rendang. Karena biasanya kalo warung padang itu kasih nasi lebih banyak untuk pembelian take away alias dibungkus, kita bisa akalin bagi dua, separo untuk makan siang, separo dijadikan nasi goreng untuk makan malam. Cobain deh, nasi goreng bumbu rendang itu enak loh, tinggal nambahin kecap dan telor aja.
  3. Nggak perlu sering-sering buka media sosial. Jaman sekarang godaan itu banyak sumbernya. Pas lagi nggak punya duit, buka instagram eh lihat teman lagi jalan-jalan ke Paris. Nelangsa banget ‘kan.
  4. Kurangi rasa malu. Kalau sudah kepepet, ketimbang pingsan kelaparan nggak perlu malu-malu deh nyamperin tetangga kamar dan “pinjem” mie instant sebungkus. Atau kalau diajak nongkrong ke kafe, nggak usah malu-malu untuk bilang: “Maaf, kali ini aku nggak ikut dulu ya.” Jangan takut ngorbanin gengsi hanya demi terlihat tetap eksis di kalangan teman-temanmu.
  5. Gadai barang. Atau istilah jaman mahasiswa dulu, “disekolahin dulu barangnya”. Bisa ke pegadaian resmi, atau ke pegadaian yang banyak menjamur sekarang ini. Tapi kalau barang buat digadaiin saja nggak ada, ya terpaksa ambil jalan terakhir, yaitu….
  6. Ngutang. Ini sih jalan terakhir yang saya tempuh, dan teman-teman saya juga tahu kalau ampe minjem duit berarti saya benar-benar bokek.

Perlu Kenal, Tapi Nggak Perlu Akrab

Seperti saya tulis di atas, nggak ada salahnya kok kita pernah mengalami tanggal tua. Itu manusiawi. Dan lagi, pernah merasakan susahnya nggak punya duit akan membuat kita lebih mudah berempati dengan mereka yang dalam posisi sama seperti kita dulu.

Cuma ya jangan sampai akrab tiap bulan selalu pacaran dengan tanggal tua. Kalau bisa sesekali saja dalam hidup, biar tahu rasanya menderita. Nah ini resep saya untuk mencegah tragedi tanggal tua terulang-ulang:

  1. Sedia dana cadangan untuk keperluan yang tidak terduga. Caranya dengan menabung setiap saat. (Ini sedang coba saya praktekkan, susah banget mengubah kebiasaan saya yang serampangan memenej keuangan.)
  2. Cari side job. Apabila memang uang yang kita terima tiap bulannya pas-pasan (baik dari orang tua untuk yang masih belum bekerja, atau gaji untuk yang sudah bekerja), berusahalah cari side job alias kerja sampingan. Jaman sekarang tuh enak banget, beda dengan jaman saya jadi mahasiswa dulu. Sekarang kesempatan banyak terbuka untuk mereka yang mau usaha. Coba buka situs seperti Sribulancer, Projects.co.id atau Freelancer.com dan masih banyak situs untuk kerja sampingan.
  3. Belanja barang-barang yang kita inginkan di akhir bulan. Jangan setelah terima gaji lalu beli ini-itu. Mending ngirit dulu di awal bulan dan belanja bulanan barang-barang yang wajib kita perlu. Kalau ada duit lebih di akhir bulan, baru deh kita memanjakan diri dengan belanja barang yang kita inginkan.

Untuk tips nomor tiga di atas, ternyata pas banget dengan program promosi dari MatahariMall. Selain punya banyak promosi, Matahari Mall juga punya promo TTS alias Tanggal Tua Surprise. Coba tengok video di bawah ini, betapa Budi bisa tetap happy di tanggal tua karena Tanggal Tua Surprise dari MatahariMall. Promo ini diadakan setiap bulan di minggu ketiga untuk semua jenis barang!

Kalau kamu bisa menjadi seperti Budi, kelak kamu bisa cerita ke anak cucu, betapa kamu tetap bisa bahagia di tanggal tua dengan memanfaatkan promo dan belanja di MatahariMall di akhir bulan.

Sekarang, untungnya saya dan pacar saya beda tanggal gajian. Jadi lumayan ngebantu deh, di saat uang saya sudah menipis, pacar sudah gajian. Dan sebaliknya. Lumayan, saling bantu meringankan. Eh tapi cerita saya ini jangan ditiru dengan sengaja cari pacar yang beda tanggal gajian ya!

pengalaman tanggal tua

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Read More »
Teknik debat yang baik

8 Tips Teknik Debat yang Baik

Kemampuan untuk berdebat dengan baik adalah keterampilan yang sangat berharga. Dengan menggunakan teknik debat yang baik, kita dapat mempengaruhi orang lain, mempertahankan argumen, dan bahkan memenangkan debat.

Read More »

7 Tanggapan

  1. Yoih bro, cerita klasik untuk masa depan hehe biar nanti ada cerita seru buat anak cucu soal perjuangan hidup kita semasa mahasiswa. Terima kasih sudah mampir dan membaca ya! 😀

  2. Hihihii….dari awal ampe akhir Bunda bacanya senyam senyum…yaaa ampiuuun, ini anak idenya keren abis, ada-ada aja tuh ide yang nongol dari benaknya, cerita ini jadi hidup. Bunda mau ikutan jadi ngeper nih, abis liat postingan ini langsung jiper juga trus mikirnyaa,, “udah pastilah” terpelanting, hehe.. Semoga Bajik jadi Pemenangnya, ya. Insya Allah deh. Salam kenal dari Bunda.

  3. Waaah terima kasih banyak Bunda. Hihihi jadi malu… saya juga sedang belajar menulis nih. Ayo Bunda sharing pengalaman tanggal tuanya… nanti saya main-main ke blog Bunda Yati yaak.

  4. Di tunggu “Tetap Bahagia di tanggal tua”… baru baca artikel ini … bagus banget …

    Dr pada makan banyak indomie akhir bulan … lebih bagus mulai makan indomie dr awal bulan haha

    🙂

  5. Hahaha Mateo kamu sudah jadi Indomie lovers ya? Sudah berani makan yang pedas? Hehehe ide bagus tuh “Tetap Bahagia di Tanggal Tua”. Makasih ya! 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru