Balepoint

Karir sebagai project manager

Perjalanan Sebagai Project Manager

Di tulisan sebelum ini, saya berkisah tentang perjalanan karir saya dan career switch. Berawal dari freelance tour guide, tahun-tahun terakhir ini saya lebih dikenal sebagai Project Manager. (Well, sometimes jadi Product Manager juga, tapi itu bahasan untuk lain kali.)

Saya jadi terkenang saat-saat pertama kali saya didaulat sebagai Project Manager. Tidak terasa, itu sudah 12 tahun silam. Time does fly, huh.

Dalam tulisan kali ini, saya ingin berbagi perenungan tentang perjalanan saya sebagai seorang PM. Sebagai pengingat saja, betapa saya bertumbuh selama 12 tahun ini, dan betapa masih panjang juga perjalanan yang harus saya tempuh.


Percaya diri aja dulu

Seperti telah saya ceritakan di tulisan sebelumnya, saya sebenarnya dadakan jadi Project Manager (selanjutnya kita sebut sebagai PM, deh, biar tidak kepanjangan).

Bergabung sebagai Head of Contracting, sebulan setelah saya resmi bergabung, bos menawarkan posisi Head of Special Projects pada saya. Dan saya terima.

Padahal, kalau saya pikir sekarang, saat itu pengetahuan saya tentang project management masih sangatlah cetek.

Tapi rasa percaya diri saya memang (terkadang) tinggi sekali.

Logika saya sederhana saja. Bos menawarkan posisi tersebut pada saya. Berarti dia percaya pada kemampuan saya.

Nah, kalau dia saja percaya, mengapa saya harus tidak percaya saya bisa?

Saya tahu bahwa saya tidak tahu ….

Tapi saya ingin saya tahu.

Jadi, jangan berhenti pada ketidaktahuan itu tanpa berbuat sesuatu.

Saya masih ingat sungguh, saat saya bercakap dengan web designer yang baru saja bergabung di kantor kami (saat itu, sebutan UI/UX designer belumlah populer).

“Oh, jadi pakai waterfall, ya?” Begitu komentar dia ketika saya tunjukkan timeline project kami.

Sungguh, saya tidak tahu apa itu waterfall. Tapi kemudian saya mencari tahu.

Sama seperti ketika saya mendengar kata “scrum”. Atau, “CI/CD”. Atau, “microservice”. Dan sejuta istilah lain yang biasanya terlontar ketika saya mengobrol dengan teman-teman programmer atau developer.

Tidak masalah jika kita tidak tahu. Tapi, alangkah bijaknya jika ketidaktahuan itu jadi pemicu agar kita segera tahu.


Invest in yourself

Masih berhubungan dengan poin ketidaktahuan di atas.

Bagaimana cara agar kita tahu? Tidak ada cara lain selain mencari tahu.

Bisa dengan googling. Atau bertanya pada yang tahu.

Atau, membaca buku.

Kilas balik kembali. Begitu saya didapuk jadi PM, saya segera mencari buku yang sekiranya bisa menambah pengetahuan saya. Making things happen karya Scott Berkun kemudian menjadi kitab suci saya sebagai seorang PM. Ditambah dengan Rework.

Selain membaca buku, saya juga tidak segan mengikuti kelas baik online maupun offline.

Beberapa sumber pembelajaran itu gratis. Apalagi sekarang, semua bisa kita temukan di YouTube.

Tapi saya tidak segan mengeluarkan uang untuk belajar – selain membaca buku.

Saya anggap itu sebagai investasi. Kalau kata para motivator, invest in yourself.

Bagaimana kalau tidak punya dana untuk diinvestasikan? Kita bisa investasi: waktu. Ketimbang bengong, lebih baik baca buku. Ketimbang browsing reels Instagram, lebih baik browsing akun-akun berfaedah, atau nonton channel YouTube yang memberikan pelajaran gratis tentang apa yang kita minati.

Investasikan waktu kita untuk hal-hal yang menunjang pertumbuhan diri kita.


Stay relevant

Seorang teman menjuluki saya “Product Hunt versi live”. Product Hunt adalah situs yang memuat ratusan (ribuan?) startup yang baru meluncurkan produknya.

Apapun pertanyaan saya tentang platform atau tools yang dia perlukan, hampir selalu saya bisa jawab.

Kuncinya adalah: stay relevant.

Relevan dengan perkembangan zaman. Tidak perlu merasa FOMO (Fear of Missing Out), tapi cukup tahu saja.

Sekarang orang sedang mabuk AI. Saya pun segera mencari tahu apa itu AI. Belajar dan belajar lagi.

Agar tetap relevan, dan tidak ketinggalan zaman.

Dahulu, manage project cukup pakai Excel sheet. Sekarang, dengan makin berkembangnya teknologi dan makin rumitnya proses dalam software development, alat bantu seperti Trello dan JIRA semakin marak.

Saya mencari tahu apa itu JIRA. Apa itu burn down chart, velocity chart, dan berbagai chart lain yang di tahun 2012 belum pernah saya lihat.

Maju, atau tertinggal. Itu pilihannya. Kalau kamu tidak berkeberatan orang-orang (baca: perusahaan) meninggalkanmu, ya kamu harus selalu maju. Tidak perlu jadi yang terdepan (itu melelahkan), tetapi bergerak agar tidak tertinggal.


Kegagalan adalah sumber pembelajaran

Tidak semua projek yang saya manage itu sukses. Ada juga yang sukses di mata stakeholders, tetapi bagi saya pribadi masih punya beberapa kekurangan.

Ada juga yang gagal secara total, dengan berbagai alasan.

Saya tidak malu mengakui itu.

Namun, kegagalan tidak bisa menghentikan saya. Memang, ada masa saya terpukul dan merenung mengapa saya merasa gagal. Setelah itu, saya kembali berdiri tegak. Evaluasi diri, mencari tahu secara objektif mengapa projek itu gagal.

Dan itulah kata kuncinya.

Projek bisa saja gagal, tetapi saya tidak. Saya bukan manusia gagal. Saya masih bisa bangkit kembali, memulai projek yang baru, yang tentunya tidak boleh mengulangi kesalahan saya yang sebelumnya.


Asah hard skills, tapi jangan lupakan soft skills

Hard skills lebih ke pengetahuan dan keterampilan yang langsung terlihat dan bisa diukur tingkat keberhasilan atau kegagalannya.

Soft skills? Namanya juga soft. Tidak bisa diukur, tetapi sangat menunjang keberhasilan kita.

Awal saya berkarir dulu, saya tidak begitu paham dengan soft skills saya. Saya jalani semua apa adanya.

Seorang kolega pernah berujar, kalau saya ibarat kerang tertutup. Padahal menyimpan mutiara.

Itulah salah satu soft skills yang lama kemudian baru saya pelajari: komunikasi.

Sebagai project manager, saya dituntut fasih berkomunikasi dengan berbagai stakeholders. Bahasa yang digunakan saat berhadapan dengan Board of Director, tentu beda dengan bahasa yang digunakan saat kita diskusi dengan tim programmer.

Komunikasi juga bisa menunjukkan potensi diri kita yang tersembunyi. Seperti yang kolega saya bilang, kalau kita tidak membuka diri (dengan cara berkomunikasi yang baik), bisa jadi orang-orang tidak akan tahu jika kita menyimpan mutiara dalam diri kita.

Masih ada beberapa soft skills yang wajib kita pelajari selalu, tetapi kalau saya harus memilih satu, saya akan pilih komunikasi sebagai yang utama.


Utamakan kebahagiaan

Bagi saya, tidak ada yang melebihi kepuasan ketika melihat tim saya bekerja dengan riang. Ya, siapa yang betah jika tim bekerja dengan bersungut-sungut?

Pun di bawah tekanan, deadline yang makin mendekat misalnya, saya dan tim harus bisa mempertahankan keceriaan. Yang murni, ya, jangan berpura-pura tersenyum padahal hati menangis.

Merasa lelah? Istirahatlah.

Merasa buntu menemui satu komponen yang susah di-develop? Berbagi dengan anggota tim yang lain, siapa tahu mereka bisa menyumbang ide dan pengalaman.

Tidak ada kesuksesan pribadi. Keberhasilan, sebagaimana kegagalan, adalah milik bersama.

Namun, ada satu kesalahan yang dulu sering saya perbuat.

Saya mengutamakan kebahagiaan tim, tetapi melupakan kebahagiaan diri saya sendiri. Saya sering berkorban demi tim, yang pada akhirnya menggerus waktu dan energi saya.

Sekarang, saya mengutamakan kenyamanan diri sendiri terlebih dulu. Karena kalau saya sendiri tidak nyaman dan bahagia, bagaimana bisa saya membahagiakan orang lain?

Dan itulah, menurut saya, yang menjadi resep kebahagiaan dalam bekerja.

*****

Demikianlah. Sampai sekarang saya terus belajar, karena project management terus berkembang seiring perkembangan teknologi yang mengakibatkan semakin rumitnya project untuk di-manage.

Semoga pengalaman saya bisa menjadi inspirasi bagi kalian semua, terutama bagi kalian yang ingin menjadi project manager.

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Read More »
Teknik debat yang baik

8 Tips Teknik Debat yang Baik

Kemampuan untuk berdebat dengan baik adalah keterampilan yang sangat berharga. Dengan menggunakan teknik debat yang baik, kita dapat mempengaruhi orang lain, mempertahankan argumen, dan bahkan memenangkan debat.

Read More »

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru

Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Teknik debat yang baik

8 Tips Teknik Debat yang Baik

Kemampuan untuk berdebat dengan baik adalah keterampilan yang sangat berharga. Dengan menggunakan teknik debat yang baik, kita dapat mempengaruhi orang lain, mempertahankan argumen, dan bahkan memenangkan debat.