Saya punya kekasih.
Iya. Beneran. Bukan sekedar gebetan, atau cinta tak terbalas seperti episode-episode cinta saya sebelumnya.
Saya memutuskan ‘move on’ dari cinta saya terakhir (setelah jatuh bangun hancur hati dan diomeli sekian banyak teman dekat) dan hampir pada saat yang bersamaan, dia – kekasih saya ini – tiba-tiba mempertegas kehadirannya di dunia saya.
Kalau dirunut, sebenarnya kami sudah terhubung sejak setahun lalu. Tapi dia masih berpacaran, dan saya selalu menghormati pacar orang, jadi saya tidak mengambil langkah apapun saat itu meskipun saya suka mengamati lalu lintas twitnya yang bagi orang praktis macam saya, seperti alien yang penuh kejutan-kejutan liarnya pikiran.
Lalu ketika kami sudah mulai bercakap intens di bbm, saya tanya bukankah dia pacar si – sebut saja namanya Bunga. Ternyata mereka sudah putus sejak 1 Mei yang lalu. Ketika saya meneleponnya, saya merasa saya bisa mempercayainya. Somehow I feel we are connected. Saya nggak mau buang waktu. Saya mau dia jadi pacar saya. Saya percaya pada kata hati saya. Jadi begitulah.
Dengan segala kedangdutan saya dan dia, dengan segala kenorakan emotikon yang ditularkannya pada saya dan saya tanggapi dengan lebih norak (menurut dia) yaitu dengan ketawa “wkwkwkwkwk”, dengan segala apa adanya itulah, sekarang kami menjalin hubungan jarak jauh. Bali – Jakarta. Saya nggak tahu apa yang akan disuguhkan masa depan, tapi saya mau dialah yang pertama dan terakhir untuk saya. (Bukan gombal, memang saya belum pernah berpacaran, jadi dialah pacar pertama saya.)
Dan menyenangkan rasanya, ada seseorang di jauh sana yang bisa jadi sandaran ketika saya lelah.
Menyenangkan rasanya, membuka mata dan namanya langsung berkelebat di benak saya, mengingatkan bahwa ada seseorang yang spesial bagi saya dan sebaliknya saya pun spesial baginya.
Kami sepakat untuk saling percaya. Untuk bersabar menunggu kapan kami bisa bertemu, dan kapan kita bisa hidup bersama. Kami sepakat untuk menikmati hari tanpa drama. Kami berdua sudah capek dengan drama. Kami ingin menikmati semua ini apa adanya.
Doakan kami langgeng ya.
PS: Oya, kalimat pertama di tulisan saya ini saya ambil dari posting dia di tumblrnya. Tumblr yang membuat saya nggak bosan-bosan membacanya berulang kali, dan membuat saya tersenyum setiap saya mengingatnya.