Sepotong Sandwich Membuat Saya Menangis

Suatu Pagi, Sepotong Sandwich Membuat Saya (Diam-Diam) Menangis

Sandwich itu seharusnya buat sarapan, tapi saya baru sempat menyantapnya menjelang siang. Maklum, sok sibuk, begitu landing di Bali langsung menuju ke kantor, dan karena agak terlambat, langsung (sok) disibukkan oleh pekerjaan. Setelah senggang, baru saya berkesempatan membuka bekal yang saya bawa dari Jakarta. Sepotong sandwich yang terbungkus rapi oleh kertas coklat. Sederhana, berisi bacon, lettuce dan telur mata sapi. Saya menggigitnya perlahan sambil entah mengapa, hati saya tersentuh sampai sekejap saya menangis, dalam diam.

Jadi ceritanya pagi itu, seperti biasa, saya meninggalkan kamar kekasih saya pukul 04.30 pagi untuk penerbangan pertama ke Bali. Kekasih saya bangun pukul 03.30 hanya untuk menyiapkan air panas untuk mandi, mengecek taksi agar tidak terlambat menjemput, dan untuk menyiapkan bekal saya. Sepagi itu dia sudah menggoreng telur dan bacon, dan meracik semua bahan untuk setangkup sandwich yang terasa begitu indah di mata dan terasa lezat di lidah saya. Dia pun begitu tekun dan rapi membungkus sandwich itu dalam kertas coklat. Sederhana, bukan?

Saya teringat Ibu saya yang setia menyiapkan sarapan untuk kami anak-anaknya, bangun jauh lebih awal dibanding semua penghuni rumah lainnya. Ibu juga tak pernah alpa menyiapkan sahur untuk Bapak di setiap bulan puasa, meskipun mereka berbeda iman.

Itulah cinta, kata seorang teman.

Cinta yang membuat kita rela berbuat apa saja hanya untuk melihat senyum pasangan. Yang membuat kita tidak merasa sibuk atau berkorban apa-apa, karena apa yang kita lakukan adalah yang sewajarnya, bukan apa-apa, melainkan ya itulah apa yang semestinya kita lakukan buat pasangan kita.

Dan segala yang dilakukan atas nama cinta, punya daya magis sendiri seperti sentuhan setangkup sandwich pagi itu yang membuat saya sampai menangis terharu.

Saya cinta kamu, kekasihku. Terima kasih untuk lima bulan yang indah ini, dan untuk bulan-bulan yang akan datang. Terima kasih.

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru

Gaya hidup minimalis

Gaya Hidup Minimalis: Sebuah Pengantar

Beberapa kali saya menulis tentang gaya hidup minimalis yang saya terapkan. Kali ini, saya ingin membahas minimalisme secara lengkap. Ini adalah bagian pertama dari 4 bagian.

Kecerdasan buatan

Memahami Kecerdasan Buatan (AI): Panduan Bagi Pemula

AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan bulan-bulan terakhir ini membanjiri dunia cyber. Terlebih setelah peluncuran ChatGPT di bulan November 2022. Tak kenal maka tak sayang, karena itu mari mulai memahami kecerdasan buatan ini.