Bangkok Trip

[Bangkok Trip] Dari Pagi Hingga Malam Hari di Chatuchak

Chatuchak weekend market seakan menjadi tujuan wajib para pelancong setiap mengunjungi Kota Bangkok. Kami pun!

 

Bermacam tempat sudah kami kunjungi selama Bangkok Trip ini. Setelah hari keenam kami bermain-main dengan para husky di TrueLove @ Neverland, hari ketujuh kami mengunjungi “Chatuchak weekend market” yang seakan menjadi tujuan wajib bagi setiap turis di Bangkok. Pasar yang hanya buka di akhir pekan ini memang fenomenal. Luasnya 35 hektar, terbagi dalam 27 section dengan kios antara 8,000 s/d 15,000. Bisa dibayangkan, dengan area seluas itu dan penjaja sebanyak itu, apa saja bisa kita dapatkan di Chatuchak.

Dari hotel kami di Le Fenix Sukhumvit, hanya perlu tujuh menit kami jalan kaki ke Nana Station untuk naik BTS. Gampang banget untuk mencapai Chatuchak menggunakan BTS. Cari saja Sukhumvit Line dengan tujuan Mo Chit. Buat yang baru pertama kali ke Bangkok, naik BTS hampir sama kayak naik commuter line kok, jadi nggak usah takut. Instruksi untuk pembelian tiket maupun informasi lainnya disajikan juga dalam bahasa Inggris.

Nana BTS Station Bangko
Suasana di BTS Station Nana
Nana BTS Station Bangkok
Petunjuk rute BTS, nggak membingungkan kok

Sampai di Stasiun Mo Chit, kami turun dan keluar dari stasiun, belok kiri jalan kaki kurang dari 10 menit, sampai dah di Chatuchak Weekend Market. Tujuan pertama kami: makan!

Chatuchak Weekend Market Bangkok
Pintu masuk Chatuchak Weekend Market
Chatuchak Weekend Market Thailand
Di berbagai sudut terpampang peringatan agar para turis tidak membeli souvenir dari gading
chatuchak weekend market bangkok 3
Menu di salah satu warung di Chatuchak
Chatuchak Weekend Market
Puas-puasin pesen es krim kelapa
Chatuchak Weekend Market
He he he

Saking luasnya pasar ini, akan sangat membantu apabila kita sudah pegang map (bisa diperoleh secara online, atau cari stand yang menyediakan peta pasar Chatuchak). Jadi kita bisa kira-kira arah tujuan kita. Tapi kalau nggak mau pusing, ikuti saja kemana arah melangkah. Satu nasihat dari teman saya yang sudah expert soal Chatuchak: jika menemukan barang yang kita ingini, usahakan beli saat itu juga! (Tentunya setelah tawar menawar dan harganya oke ya.) Soalnya, kalau kita berpikir “ah nanti saja balik ke sini lagi”, sepertinya nggak bakal kejadian kita balik lagi ke toko itu saking luasnya pasar ini.

Chatuchak Weekend Market Bangkok
Sudut barang-barang antik
Chatuchak Weekend Market
Contoh souvenir praktis & murah meriah
Chatuchak Weekend Market
Nggak perlu takut kelaparan, di berbagai sudut banyak warung
Chatuchak Weekend Market
Salah satu suasana di gang pasar
chatuchak weekend market bangkok 10
Kalau capek, ada sudut istirahat buat duduk-duduk sejenak
Chatuchak Weekend Market
Bagian untuk bunga dan tanaman juga ada
Chatuchak Weekend Market
Turis asing yang ngamen cari duit buat pulang

Saya sempat melihat ada seorang turis yang memainkan sitar (foto di atas). Ngamen. Biasanya ada embel-embel kertas bertuliskan “Help me to buy ticket to go home” atau sejenisnya. Turis macam gini nggak cuma di Bangkok sih. Waktu di Taipei juga saya juga pernah melihat fenomena sejenis ini. Buat saya, membantu sesama sih nggak masalah ya. Tapi kok, kadang dikasih hati ngrogoh rempela. Mbok ya sebelum berkelana ke negara jauh, hitung-hitung bekal dulu, biar nggak perlu nyusahin orang lain. Mending kalau jadi digital nomad yang bisa dikerjakan dari mana saja. Kalau kayak ngamen setengah ngemis gini sih, agak sulit saya pahami. (Knock knock on the wood, jangan sampai hal itu menimpa saya.)

Buat yang hobi belanja, Chatuchak sangat mengasyikkan. Ada yang benar-benar unik dan jarang kita temui di Indonesia, namun banyak juga barang-barang yang dijual di marketplace Indonesia. Hanya saja, di Chatuchak ini harganya super duper murah. Anting yang di marketplace Indonesia harganya Rp. 70,000,- di Chatuchak bisa jadi cuma THB 20 (Rp. 8,400 saja!). Kaos rata-rata THB 100 (Rp. 42,000) namun harus pinter milih yang kualitasnya bagus. Koper ukuran cabin bisa didapat dengan harga THB 1,000 (kami memang nggak gitu jago nawar sih, nggak tegaan tepatnya) alias 400ribuan perak. Tas bordir etnik yang di Indonesia harganya Rp. 240,000 di sana cuma THB 200 saja!

Harga di Chatuchak rata-rata bisa ditawar, meski banyak juga kios yang memasang pengumuman “Fixed Price”. Kalau sudah gitu ya nggak usah nawar, kecuali mau beli dalam jumlah banyak.

Kami berkeliling Chatuchak hingga senja datang. Memang sengaja, agar bisa lanjut ke Jatujak Green Market yang merupakan pasar malam. FYI, Chatuchak itu sebenarnya dilafalkan sebagai “Jatujak”. Pasar malam Jatujak Green Market lebih populer dengan nama JJ Green Market. Dari Chatuchak, kita tinggal berjalan kaki selama 10-15 menit.

JJ Green Chatuchak
Jam enam sore JJ Green Market sudah mulai buka dan nggak cuma di akhir pekan aja lho, mereka buka setiap malam
JJ Green Chatuchak
Masih sepi, penjual baru mulai menggelar dagangannya
JJ Green Chatuchak
Salah satu tempat nongkrong di JJ Green Market
JJ Green Chatuchak
Malam mulai datang di JJ Green Market
JJ Green Chatuchak
Cukup banyak lho penjual yang bawa anjing kesayangannya, macam yang ini

JJ Green Market tidak seluas Chatuchak namun tetap asyik untuk dinikmati. Sepengamatan saya, JJ Green Market benar-benar pasar malam lokal, jadi jangan harap untuk menemukan souvenir khas Bangkok (macam kaos bertuliskan “I love Bangkok”) atau oleh-oleh macam kripik durian di sini. (Lesson learned: jangan menunda-nunda untuk belanja cinderamata dan oleh-oleh di Chatuchak.)

Seperti biasa, selalu ada food court di pasar malam ini. Kita bisa pilih berbagai macam hidangan sesuai selera. Ada juga bar dan tempat nongkrong yang menyajikan live music.

JJ Green Chatuchak
Senang melihat para penjaja mulai menata dagangannya
JJ Green Chatuchak
Food court JJ Green Chatuchak
JJ Green Chatuchak
Mampir di kios mungil ini untuk melepas dahaga

Sampai malam kami berkeliaran di JJ Green Market ini. Sampai lemas! Saat pulang, kami berniat menggunakan Grab namun nggak ada yang mau mengambil pesanan kami. Nggak heran karena di depan pasar macetnya bukan main. Taksi yang kami stop pun, memasang tarif sekitar THB 300 (sebenarnya itu “cuma” Rp. 125,000 tapi kami merasa malas membayar harga semahal itu).

Akhirnya kami jalan kaki dengan menggeret koper hasil belanjaan menuju Mo Chit Station. Nggak lama kok, sekitar 15 menitan saja. Sampai di Mo Chit, tinggal naik deh BTS dengan jalur Sukhumvit dan turun di Stasiun Nana. Jalan kaki selama 10 menit, sampai deh di Le Fenix Hotel. Sisa malam kami habiskan di kamar saja, sambil berkemas karena esok kami harus kembali pulang ke Jakarta. Syedih.

 

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru