Hari ke-24 dalam 30 Days Writing Challenge. Write about a lesson you’ve learnt the hard way. Saya rasa, sebenarnya tidak hanya satu pelajaran hidup yang saya pelajari dengan susah payah. Meskipun boleh dibilang saya punya beberapa privilege, namun tetap saja, hidup itu keras, boss.
Tapi kalau harus memilih satu saja hal yang susah banget buat saya pelajari adalah: punya tabungan.
Sepele, ya?
Nggak usah bicara soal aset atau likuiditas atau apalah.
Pandemi kemarin benar-benar menghajar saya dari segala penjuru, termasuk finansial.
Dan baru saya benar-benar tersadar, punya tabungan itu penting.
Anak kecil juga tahu, mungkin begitu pikir kalian.
Ya, sedari kecil juga saya sudah terbiasa menabung.
Dan sebenarnya gaya hidup saya tidaklah mewah. Tapi delapan tahun terakhir memang agak kebablasan. YOLO banget dah. You Live Only Once.
Punya tabungan sih punya, tapi ya cukup buat hidup 2-3 bulan saja kalau misalnya saya tanpa kerja.
Nah, awal 2021 ‘kan saya resign tuh.
Kalau hal berjalan sesuai rencana, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ada project yang bisa menjadi pendapatan saya untuk beberapa bulan. Dan side hustle saya lumayan, saat itu.
Ternyata memang kita boleh berencana, Tuhan yang menentukan.
Timeline berantakan. Uang masuk tidak seperti yang saya bayangkan.
Tabungan menipis.
Satu per satu asuransi saya tutup. Ada yang saya cairkan, meski kena potongan pinalti 25%, masih lumayan lah hasilnya buat biaya hidup.
Lengkapnya sih saya akan cerita pada saat yang lebih tepat.
Tapi di postingan ini, saya cuma mau bilang bahwa: ya, menabung itu penting, manajemen keuangan pribadi itu penting.
Dan saya baru paham itu, benar-benar baru merasakan akibat dari tidak punya tabungan dan manajemen keuangan pribadi yang seenaknya, kemarin pas pandemi itu.
Puji Tuhan, saya punya banyak teman baik yang siap menolong.
Saat akhir tahun kemarin, saya mengirimkan message buat mereka, “Kalau bukan karena kalian, saya tidak akan survive sampai sekarang.”
Sekarang sih, meski manajemen keuangan saya juga nggak seketat orang-orang, tapi saya selalu ingat bahwa memanjakan keinginan itu tidak baik.
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari.
Dan saya jelas tidak bisa terus-terusan mengandalkan teman-teman saya.
Jadi, saya harus memperbaiki diri saya. Memperbaiki gaya manajemen keuangan saya.
Belum bisa menabung sih, tapi paling tidak, hidup saya kembali seperti dahulu: sederhana.
Meskipun “sederhana” buat saya ini, bagi beberapa orang mungkin masih terlihat “sedikit mewah”.
Yah, orang ‘kan beda-beda ya.
Yang jelas saya tidak mau hidup menderita sekarang demi penghematan. Tapi saya juga kapok, tidak mau menderita di kemudian hari karena boros hari ini.
Itu hal sederhana yang saya pelajari dengan cara yang tak terduga.
Memang harus merasakan akibatnya terlebih dahulu, sebelum benar-benar mengamini satu perkataan.