Badai PHK

Badai PHK dan Fenomena yang Menyertainya

Tidak perlu berat-berat membahas badai PHK yang belakangan melanda Indonesia. Saya hanya mengamati fenomena yang menyertainya. Sepele, tapi bermakna dalam jika kita gali.

Hari-hari belakangan ini, berita tentang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) menjadi tajuk utama dan bahasan di mana-mana. PHK yang terjadi secara global, terjadi juga di perusahaan Indonesia. Sebut saja Twitter, Meta, Shopee termasuk Shopee Indonesia. Dari dalam negeri, berita tentang PHK meluncur dari GoTo dan Ruangguru.

Ini bahkan bukan gelombang PHK pertama untuk Ruangguru dan Shopee Indonesia.

I’ve been there, done that.

Kalau mau adu nasib, masih mendingan eks karyawan GoTo. Selain dapat pesangon yang layak, laptop boleh di-keep (jadi hak milik?), asuransi diperpanjang, masih boleh mengikuti training perusahaan.

Lha, saya dan kawan-kawan? Dapat pesangon saja, tidak. Gaji bulan terakhir dan THR kami bahkan masih nyangkut entah di mana, belum cair juga sampai tahun 2022 ini sudah mau ganti tahun. (Beberapa teman masih berjuang lewat Disnaker, sementara saya memutuskan move on sajalah.)

Banyak yang menarik untuk dibahas dari berita-berita seputar PHK ini.

Bisa saja kita bahas soal apa sih hak-hak pekerja yang terkena PHK, yang harus dipenuhi perusahaan.

Atau, menyibak lebih jauh tentang penyebab terjadinya PHK. Apakah semata-mata karena situasi ekonomi dunia sedang memburuk? Atau memang mismanajemen di masa lampau, yang menyebabkan perusahaan tersebut terpaksa memangkas jumlah pegawai sekarang?

Daftar perusahaan di Indonesia yang PHK massal tahun 2022

Banyak sih tulisan yang bisa lahir dari fenomena PHK ini. Berikut daftar terjadinya PHK tahun 2022 ini, saya kutip dari detik.com dengan sedikit penambahan informasi dari saya:

  1. Shopee Indonesia
    Marketplace oranye ini menggemparkan dunia kerja Indonesia dengan PHK yang dilakukan di bulan September 2022, dan gelombang ketika PHK massal di bulan November 2022. (Tambahan: semua media menyebut Shopee Indonesia sudah tiga kali melakukan PHK massal, tetapi media hanya menyebut PHK pada bulan September dan November 2022. Jadi, kapan PHK massal pertama terjadi di Shopee Indonesia? Ada yang bisa bantu?)
  2. Tokocrypto
    Beberapa hari setelah pengumuman Shopee Indonesia, Tokocrypto juga melakukan PHK massal. Startup ini membuka platform perdagangan aset kripto, dan memutuskan mengurangi 20% dari total 225 karyawannya atau sekitar 45 orang.
  3. Indosat Ooredoo Hutchinson
    Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH) juga melakukan PHK karyawan di hari Jumat 23 September. Tidak dijelaskan berapa banyak karyawan terdampak, namun Indosat mengklaim hampir semua karyawan yang di-PHK menerima paket pesangon yang ditawarkan perusahaan.
  4. Binar Academy
    Bulan Oktober 2022, Binar Academy mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 20% karyawannya. Tidak disebutkan secara spesifik berapa jumlah karyawan yang terkena PHK. (Beberapa bulan menjelang PHK massal ini, founder Binar Academy, Alamanda memutuskan menjadi komisaris Blue Bird. Coincidence?)
  5. Bananas Indonesia
    Apakah saya yang terlalu kuper, baru mengenal nama Bananas Indonesia saat mereka mengumumkan akan berhenti beroperasi?
  6. GrabKitchen
    Grab juga akan menutup layanan GrabKitchen di Indonesia terhitung 19 Desember 2022. Dengan begitu, otomatis terjadi PHK karyawan. Karyawan diberikan dua pilihan, mau terkena PHK atau ditawarkan untuk bekerja di posisi dan juga divisi lain Grab Indonesia.
  7. JD.ID
    Startup e-commerce ini sudah melakukan PHK massal pada bulan Mei 2022. Tidak disebutkan berapa banyak karyawan yang terkena PHK.
  8. Mamikos
    Platform favorit saya sebagai anak kost yang demen cari tempat kost baru ini ternyata juga melakukan PHK terhadap sekitar 100 karyawannya, pada bulan Juli 2022.
  9. Mobile Premier Legue
    Wah, kalau seputar industri gaming, saya nggak paham benar. Ternyata startup Mobile Premier League atau MPL (Gaming) sudah tidak beroperasi di Indonesia sejak 30 Mei 2022.
  10. Lummo
    Lummo (startup SaaS) dikabarkan melakukan PHK terhadap 100 karyawannya di Indonesia sekitar Juni 2022. (Saya juga kagak tahu benar tentang Lummo ini. Kuper ternyata, saya ini.)
  11. TaniHub
    Maret 2022, TaniHub menutup dua gudang mereka di Bandung dan Bali. TaniHub juga menutup layanan B2C dan fokus di B2B. Langkah itu mengakibatkan sejumlah karyawan terkena PHK.
  12. LinkAja
    LinkAja (fintech) atau PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) melakukan PHK terhadap ratusan karyawan (sekitar 200?) sekitar Mei 2022.
  13. Pahamify
    Pahamify atau PT Pahami Cipta Edukasi (Edutech) mengumumkan PHK terhadap sejumlah karyawan guna optimalisasi bisnis pada Juni 2022.
  14. Zenius
    Startup (edutech) Zenius mengumumkan PHK sekitar 800 karyawan dari Mei hingga Agustus 2022.
  15. SiCepat
    Start up yang bergerak di bidang layanan pengiriman barang ini dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 360 karyawannya. Pihak SiCepat mengungkapkan bahwa langkah ini ditempuh sebagai evaluasi kompetensi karyawan.
  16. The Goods Dept
    Media sosial belum lama ini dihebohkan oleh kabar The Goods Dept yang meminta karyawannya mengundurkan diri. Hal itu terjadi karena perusahaan menemukan pelanggaran yang berulang. Komentar saya: masa’ karena karyawan melakukan pelanggaran, lantas ada PHK massal? Ah, Detik.com mengada-ada ini, mustinya The Goods tidak layak masuk daftar ini.
  17. GoTo
    Nah, ini yang cukup heboh di November 2022. GoTo memutuskan untuk merampingkan 1.300 karyawan. Alhasil, mantan karyawan Tokopedia dan Gojek pun membanjiri dunia kerja. Tambah banyak saingan jobseeker, nih!
  18. Ruangguru
    Selang beberapa jam dari GoTo, perusahaan rintisan ini mengumumkan PHK ratusan pegawai. “Keputusan sulit ini diambil karena situasi pasar global yang memburuk secara drastis,” tulis perusahaan. Ya mangkanya nek, pas punya duit itu di-manage yang baik, jangan buat beli slot iklan di TV, dan rekrut karyawan melebihi apa yang bisa di-manage. Gemes saya mah ngeliat founder perusahaan yang satu ini. (Sabar, Bay, sabaaar.)

Ya nggak salah sih, gelombang PHK ini, ditambah kabar tentang resesi 2023, bikin masyarakat Indonesia jadi heboh.

Apalagi startup yang melakukan PHK massal hampir semua adalah perusahaan rintisan yang menjadi bagian dari pelaku ekonomi utama di Indonesia.

Toh, semua orang sudah paham, bahwa PHK ini kebanyakan didorong oleh “kegemaran” petinggi startup untuk “bakar duit”.

Eniwei, saya nggak mau bicara yang berat-berat. Saya tidak kompeten untuk itu.

Jadi, mari kita bahas yang ringan-ringan saja.

Keengganan menggunakan kata “PHK”?

Saya merasa, kata “PHK” kok seperti ditakuti generasi muda, ya? Ditakuti bukan dalam arti gimana, tapi dalam soalan pemakaian kata saja (saya nggak tahu istilah ilmu bahasanya apa).

Coba deh, mayoritas anak muda memilih kata “layoff” instead of PHK.

Sampai pernah di LinkedIn saya bertanya pada admin sebuah akun, “Memangnya, bahasa Indonesia untuk “layoff” itu, apa ya?”

Yang lantas dijawab dengan definisi layoff. Yaelah. Bikin gemes saja.

Di satu kolom komentar postingan lain, seseorang malah menimpali bahwa “layoff” dan PHK itu beda. PHK itu pemberhentian karyawan secara tidak hormat. Haduh! Saya langsung tepok jidat dan malas lanjutin diskusi.

Saya kasih saja artikel yang membahas lengkap seputar PHK. Di situ dijelaskan bahwa apapun penyebab putusnya hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan, sebutannya adalah PHK. P-H-K! Dalam Undang-Undang, dipakainya juga istilah PHK. Ndak ada itu disebut layoff dalam Undang-Undang. (CMIIW ya, I stand corrected, kok.)

Ya, mengutip komentar sahabat saya, mungkin pakai istilah asing seperti layoff punya faktor healing dan bikin hidup nggak bitter-bitter amat. Gimana, sudah Jaksel banget yak kita?

Ingat ya, gapapa sih kalau mau pakai kata layoff. Cuma jangan denial dan bikin pemahaman sendiri tentang layoff, PHK, pemecatan, dan segala hal yang biasa terjadi di dunia kerja.

Siklus postingan di LinkedIn setiap badai PHK terjadi

Fenomena kedua yang saya amati adalah apa yang terjadi di LinkedIn setiap ada gelombang PHK.

Ini sudah terjadi berulang kali, sejak PHK massal melanda berbagai perusahaan rintisan di Indonesia.

Siklusnya kurang lebih begini:

  1. Berita PHK massal tersebar di berbagai media
  2. Postingan karyawan yang terkena badai PHK, membanjiri LinkedIn. Sudah jadi semacam template, postingan mereka berisi tentang pujian terhadap perusahaan yang memecat mereka, pujian dan terima kasih kepada teman-teman dan atasan, dan semangat untuk terus melangkah
  3. Setelah itu, banjir postingan baik dari pribadi maupun institusi, yang menawarkan pekerjaan bagi karyawan yang terdampak PHK massal. Entah mereka beneran ada lowongan pekerjaan, atau riding the wave biar nggak kehilangan momentum sambil mengepakkan sayap biar tenar dikit
  4. Lalu, mulai muncul postingan yang bernada protes: mengapa yang diberi kesempatan adalah karyawan yang terkena PHK massal dari perusahaan rintisan terkemuka? Mengapa tidak ada perhatian pada mereka yang sudah jobless berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun
  5. Kemudian mulailah muncul pembelaan atas protes no 4 di atas
  6. Seminggu setelah ramai-ramai berita badai PHK, biasanya postingan di LinkedIn berangsur normal. Kalaupun ada yang menyinggung PHK, nadanya sudah kalem

Ya gitu sih pengamatan sotoy saya.

Penutup

Badai PHK nggak terjadi di Indonesia saja. Perusahaan internasional pun sudah banyak yang melakukan PHK massal. Sebut saja Meta, Twitter, Sea Ltd (induk perusahaan Shopee).

Tapi itu buat bahasan lain kali saja.

Yang jelas, buat kalian yang menjadi korban PHK massal, saya doakan yang terbaik. Like I said, I’ve been there, done that. Hanya saja, karena startup tempat saya pernah bekerja itu masih gurem, ya nggak masuk liputan media. Padahal kalau dihitung jumlah karyawan yang terkena, bisa jadi lebih dari jumlah korban PHK Mamikos atau Binar Academy.

Untung saja, setelah empat bulan jobless, saya akhirnya mendapat pekerjaan.

Jadi, yakinlah, segala sesuatu akan indah pada waktunya. Selama kita mempersiapkan diri agar bisa melihat keindahan tersebut saat waktunya tiba.

paket bisnis cuci helm

Terkena PHK dan ingin buka usaha sendiri saja? Ada paket usaha cuci helm, nih. Kamu nggak perlu rempong lagi, tinggal purchase di Tokopedia. Sung!

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru