Berita yang bulan-bulan terakhir ini menghantui kita adalah perihal resesi 2023. Terjadinya serentetan PHK di berbagai perusahaan rintisan pun dikaitkan dengan situasi ekonomi global yang dikatakan meredup, memperkuat prediksi para pakar akan terjadinya resesi 2023.
Ada bermacam ragam reaksi masyarakat Indonesia tentang berita ini.
Ada yang langsung heboh, seakan-akan resesi berarti kiamat.
Ada juga yang cuek, masa bodoh, dengan alasan krisis pandemi pun bisa kita lewati, masa’ kita akan kalah dengan resesi?
Tanggapan ketiga muncul dari golongan para bijak, yang tidak reaksioner dan tidak emosional dalam menanggapi kabar berita.
Golongan ketiga ini, selain bersiap-siap menghadapi resesi, juga memutar otak agar tetap cuan di masa resesi.
Lho, emangnya bisa cuan saat kondisi ekonomi memburuk?
Bisa saja.
Kalau menurut kata orang tua zaman dahulu, kebutuhan pokok manusia mencakupi tiga hal: sandang, papan, pangan.
Sandang alias pakaian. Manusia pasti butuh pakaian. Tidak mungkin telanjang dalam menjalani keseharian, ‘kan? (Kecuali kaum nudis, ya. Itupun kalau mereka berada di tempat publik, harus ikut aturan yaitu mengenakan pakaian).
Yang kedua adalah papan. Alias tempat tinggal. Manusia pasti membutuhkan tempat tinggal, entah itu sewa rumah, tinggal di kost, punya rumah atau apartemen sendiri, atau malah numpang tinggal sama orang tua atau sanak saudara.
Yang ketiga yaitu pangan, sudah terlihat jelas. Tidak makan berarti mati. Wis, gitu aja.
Bisnis yang berkecimpung di ketiga kebutuhan pokok ini, besar kemungkinan akan tahan menghadapi berbagai situasi ekonomi. Mau sekrisis apapun, orang akan tetap beli makanan. Itu contoh gampangnya saja.
Mungkin kita akan berpikir lagi, kalau bisnis sandang dan pangan bisa dimengerti, sesulit-sulitnya situasi ekonomi, orang masih akan membeli produk sandang dan pangan.
Tapi bisnis papan? Alias bisnis properti?
Mari kita tengok.
Hirwandi Gafar, Direktur Consumer Bank BTN mengatakan, kebutuhan rumah di Indonesia masih sangat tinggi, baik untuk rumah pertama maupun sebagai investasi. Kebutuhan rumah masih mencapai 12,75 juta unit. (Sumber: Investor.id)
Kita bisa pahami. Sebuah bisnis akan tetap berjalan selama ada kebutuhan pasar, alias ada permintaan. Jadi, menurut Hirwandi, sektor properti masih akan tetap kuat meskipun ada resesi global tahun depan.
Senada dengan Hirwandi Gafar, Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady juga optimis bisnis properti akan bertahan. “Sebabnya, Indonesia masih memiliki kesenjangan kepemilikan pemukiman, selain itu pertumbuhan kelas menengah yang kuat akan menjamin kesinambungan pertumbuhan permintaan tersebut,” kata John (sumber: Merdeka.com).
Permintaan domestik yang kuat menjadi kunci mengapa bisnis properti akan tetap bertahan.
Selain sebagai tempat tinggal atau rumah pertama, sudah jamak bagi masyarakat untuk membeli properti sebagai investasi.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit mengatakan ancaman resesi tidak akan banyak berpengaruh dan masih aman untuk tahun 2023. Malah, dari segi investasi, properti masih jadi aset yang baik di tengah kondisi ekonomi saat ini. Pasalnya, harga properti diproyeksi akan meningkat tahun depan seiring peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)
Yang terpenting, apabila kita hendak menjadikan properti sebagai investasi, kita harus menimbang segala aspek secara menyeluruh.
Target pasar sudah harus jelas. Apakah itu kaum menengah, kelas ekonomi atas, atau sebaliknya, kelas menengah bawah.
Target pasar berhubungan erat dengan lokasi. Tidak mungkin kita mendapatkan properti harga murah di kawasan SCBD Jakarta, misalnya.
Untuk memudahkan survei sebelum berinvestasi, kita bisa kunjungi website properti yang dilengkapi dengan listing properti, lokasi, dan harga yang menyertai.
Dari website properti tersebut, kita sudah bisa memperkirakan berapa budget yang harus kita sediakan untuk investasi properti kita, dan juga harga di pasar bila kelak kita ingin menyewakan properti atau menjual kembali properti kita. Atau sebaliknya, di website properti kamu bisa menemukan properti yang pas buat investasi kamu, entah itu berupa rumah tapak, apartemen, atau ruko.
*****
Resesi 2023 sudah pasti akan terjadi. Di penghujung tahun ini, kita tidak perlu reaktif dan kalap menelan segala berita yang beredar. Kita sudah kuat melewati pandemi, meskipun banyak yang babak belur (seperti saya), tapi kita tetap bisa bertahan.
Demikian juga dengan resesi yang akan datang. Kita hadapi saja, dengan persiapan matang, tentunya.
Jangan sampai resesi menciutkan kita untuk berinvestasi termasuk investasi properti. Malah, bisa jadi saat resesi, kita dapatkan properti dengan harga bagus. Jadi, tetap semangat, ya!