Balepoint

[Bangkok Trip] Wat Pho, Khao San Road dan Asiatique

 

Setelah hari pertama kami hanya sempat menikmati Rot Fai Night Market (dan KFC), hari kedua kami niatkan untuk mengunjungi Asiatique. Berhubung tempat tersebut baru buka sore hari, untuk mengisi waktu di pagi hari kami jadi turis sejati apabila berkunjung ke Bangkok: mengunjungi Wat alias temple alias kuil yang tersebar di mana-mana.

Wat Pho jadi tujuan kami. Wat yang ini populer karena ada patung Budha dengan posisi berbaring (Reclining Buddha). Seperti biasa, dari hotel kami ambil Grabcar. Cuaca di Bangkok di akhir Oktober cukup panas, jadi kami tak lupa berbekal minum air putih.

Dari tempat berhentinya Grabcar, kami harus berjalan kaki tapi nggak perlu takut kesasar karena petunjuk jalan lengkap di mana-mana. Trotoar yang lebar dan bersih bikin jalan kaki tidak begitu melelahkan.

Petunjuk Jalan Wat Pho Bangkok
Petunjuk jalan di mana-mana bikin nggak kesasar
Tiket masuk Wat Pho 2017
Loket tiket masuk Wat Pho

Tiket masuk seharga THB 100 per orang (kurang lebih Rp 42,000). Agar kunjungan kami lebih maksimal, kami menyewa jasa pemandu wisata lokal di Wat Pho. Cuma THB 400 kok untuk 2 orang (semakin besar rombongan semakin mahal totalnya).

Oya, jangan lupa berpakaian sopan ya, dengan kata lain jangan pakai rok mini/celana pendek yang memperlihatkan lutut, dan juga jangan pakai kaos kutang.

Kompleks Wat Pho ini cukup luas, 20 hektar luasnya. Denahnya seperti foto di bawah ini nih.

Peta lokasi Wat Pho Bangkok
Peta lokasi Wat Pho Bangkok

Dipandu oleh bapak guide, kami menelusuri satu persatu tempat di Wat Pho. Enaknya kalau pakai local guide, kita bisa tahu sejarah dan cerita di balik tempat wisata yang kita kunjungi. Jadi nggak cuma foto-foto, tapi juga menambah pengetahuan.

Kompleks Wat Pho Bangkok
Kompleks Wat Pho Bangkok
Reclining Buddha Wat Pho Bangkok
Reclining Buddha

Saat masuk ke kuil, kami wajib lepas sepatu. Di tempat Reclining Buddha, disediakan tas plastik untuk tempat sepatu, jadi kami mengelilingi kuil dengan menenteng tas plastik gitu. Di beberapa tempat juga ditempelkan peringatan “Awas Copet”. Guide kami pun mengingatkan agar kami berhati-hati dengan dompet dan hape. Yah harap maklum, karena kerumunan turis, copet jadi lebih mudah beraksi.

Peringatan "Awas Copet" di Wat Pho
Peringatan “Awas Copet” di Wat Pho

Usai mengelilingi Wat Pho, kami mendapat minum dingin masing-masing sebotol (sudah termasuk di harga tiket). Selepas say goodbye pada bapak guide, kami puaskan mengelilingi kompleks sekali lagi sambil foto-foto sepuasnya.

Dari Wat Pho, sebenarnya ideal untuk meneruskan perjalanan ke Grand Palace yang termasyhur itu. Namun karena udara panas, dan pengalaman terakhir waktu di Grand Palace tidak begitu menyenangkan (penuh sesak oleh turis!), jadi kami memutuskan mencari makan siang saja.

Terbersitlah “Khao San Road”. Kami naik taksi argo dan cuma butuh THB 40 dari Wat Pho ke Khao San Road.

Khao San Road ini terkenal sebagai kompleks backpacker. Turis backpacker dari seluruh penjuru dunia berkumpul di sini. Kamu bisa temukan berbagai penginapan murah di Khao San Road.

Khao San Road Bangkok
Khao San Road Bangkok

Kami asal aja masuk ke salah satu restoran. Porsi dan harga biasa saja, terbilang mahal jika dibandingkan harga rata-rata di Bangkok yang terkenal dengan kuliner murahnya.

Contoh menu resto di Khao San Road Bangkok
Menurutmu, harga menu ini murah nggak?

Setelah makan siang, kami teringat ada satu kafe yang konon menyenangkan. “The Fabulous Dessert” namanya. Terima kasih Google Maps yang memudahkan kami untuk sampai ke kafe mungil ini, meskipun buka agak telat jadi kami niat banget nongkrong berbelas-belas menit menunggu pintu dibuka.

The Fabulous Dessert Cafe Bangkok
Penampakan dalam The Fabulous Dessert Cafe Bangkok

Seperti namanya, cafe ini menyediakan berbagai dessert yang lezat. Yang lebih menggemaskan, ada beberapa boneka teddy bear yang bikin asik untuk acara foto-foto.

Teddy Bear di The Fabulous Dessert Cafe Bangkok
Teddy Bear di The Fabulous Dessert Cafe Bangkok

Usai menikmati dessert, tiba saatnya untuk mengunjungi Asiatique. Oya, mengapa kami memutuskan ke Khao San Road, karena dari sini kita tinggal naik boat untuk menuju Asiatique. Jalan kaki saja menuju Phra Atit Pier, lalu beli tiket Chao Praya Express Boat. Sebutkan kalau mau ke Asiatique, karena harga tiket dan jam keberangkatannya beda.

Phra Atit Pier Chao Praya Riverboat
Phra Atit Pier, bentuknya kayak gang sempit gitu

Dari Phra Atit menuju Asiatique hanya perlu THB 50 per orang (sekitar Rp. 21,000). Perjalanan menggunakan boat sangat menyenangkan, karena bebas macet dan kita bisa menikmati pemandangan yang menyenangkan di sepanjang sisi Sungai Chao Praya.

Riverboat Chao Praya
Penampakan salah satu riverboat Chao Praya
Pemandangan sepanjang Sungai Chao Praya
Pemandangan sepanjang Sungai Chao Praya
Pier Asiatique Bangkok
Pier Asiatique Bangkok

Asiatique berada di akhir route, jadi jangan takut untuk terlewat. Beberapa kali boat berhenti singgah di beberapa pier, dan petugas akan meneriakkan nama pier sehingga kita nggak perlu takut untuk kelewatan. Butuh sekitar 30 menit perjalanan sebelum kami sampai di Asiatique, dan tepat waktu karena matahari belum terbenam.

Setelah berjalan-jalan sebentar untuk melihat cem mana sih Asiatique ini, kami lantas menuju ferris wheel alias bianglala. Sebelumnya kami sudah membeli tiket di Klook.com, jadi nggak perlu ngantri lagi. Cukup menunjukkan e-ticket dari Klook, dan kami menerima tiket bianglala untuk 1 x naik. Harga tiket berkisar antara THB 400 per orang (tapi bisa lebih murah jika beli di online travel agent macam Klook).

Sunset di Bangkok dari atas ferris wheel Asiatique
Sunset di Bangkok dari atas ferris wheel Asiatique

Beruntung kami naik pada jam yang tepat, sehingga saat kami di atas, kami bisa menyaksikan matahari perlahan turun. Oya, kalau foto di atas terlihat buram, salahkan pada kaca kabin yang kurang sempurna bersihnya.

Ferris Wheel di Asiatique Bangkok
Ferris Wheel / Bianglala di Asiatique Bangkok

Usai menikmati bianglala (dapat 3-4 kali putaran sekali naik), kami lanjutkan mengeksplor Asiatique. Tempat ini merupakan kombinasi antara night market dengan konsep mall. Ada 1,500 butik dengan 40 restoran. Kami sih melangkah mengikuti ke mana kata hati, sambil cuci mata melihat barang-barang cantik dan unik khas Bangkok.

Food stall di Asiatique Bangkok
Food stall di Asiatique Bangkok
Cemilan serangga di Asiatique Bangkok
Cemilan berbagai serangga. Berani coba?
Kemeriahan food stall di Asiatique
Bagi teman muslim harus teliti sebelum membeli, pastikan dulu halal tidaknya
food stall asiatique bangkok 2
Kemeriahan food stall di Asiatique

Sekitar jam 10 malam, rasanya sudah cukup menikmati Asiatique. Mata sudah puas melihat barang-barang cantik, namun dompet masih terasa berat untuk dibuka. Baru juga hari kedua! Nggak perlu kalap dulu karena sebenarnya barang di Asiatique bisa kita dapatkan di belahan Bangkok yang lain.

Seperti biasa, kami pesan Grabcar untuk kembali ke Baiyoke Sky Hotel. Meskipun banyak yang tidak menyarankan untuk naik mobil karena daerah Asiatique termasuk daerah macet, kami nggak menemukan masalah soal kemacetan tuh. Mungkin karena macet Jakarta sudah membuat kami terbiasa, jadi buat kami kemacetan Bangkok mah biasa aja (meski di satu hari, kami mengalami juga kemacetan Bangkok yang luar biasa!).

Sesampai di kamar hotel, kami bergegas mandi dan tidur karena hari ketiga kami berencana untuk mengunjungi Hell Garden! Garden apaan tuh? Yang jelas, ditanggung seru deh!

 

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru

Indonesia darurat judi online

Indonesia Darurat Judi Online!

Mengikuti perkembangan zaman, sekarang perjudian muncul muncul dalam bentuk online. Popular istilah “judol” alias “judi online”, dan banyak pihak yang resah melihat fenomena ini tegas berkata: Indonesia darurat judi online!

Teknik debat yang baik

8 Tips Teknik Debat yang Baik

Kemampuan untuk berdebat dengan baik adalah keterampilan yang sangat berharga. Dengan menggunakan teknik debat yang baik, kita dapat mempengaruhi orang lain, mempertahankan argumen, dan bahkan memenangkan debat.