Hari keenam dalam 30 Days Writing Challenge. Kali ini saya harus menulis tentang “5 things to that your heart”. Alias, lima hal yang bisa memenangkan hati saya. Membuat saya jatuh hati. Merebut hati saya.
Apa kira-kira ya?
Saya orangnya gampangan, soalnya.
Dikasih kebaikan sedikit saja, saya sudah bisa luluh dan jatuh hati.
Dengan catatan, saya sudah menaruh sedikit rasa duluan pada si orang itu ya. Kalau nggak, mau jumpalitan ngapain pun, saya tidak akan tersentuh.
Tapi kalau kita bicara secara general, bukan soal cinta-cintaan, ada beberapa hal yang bisa membuat saya tersentuh.
Table of Contents
Toggle5 hal yang bisa merebut hati saya
1. Perhatian
Sekecil apapun itu, perhatian itu menyenangkan. Orang-orang mungkin menganggap ucapan selamat pagi, selamat malam, itu sekadar ucapan. Bagi saya, itu wujud perhatian yang dalam. Mengucapkan selamat pagi pada orang yang kita sayang itu menandakan pagi-pagi dia sudah hadir di pikiran kita. Dan mengucapkan selamat malam sebelum tidur, itu pertanda dia yang terakhir di pikiran sebelum kita pergi ke alam mimpi. Sweet banget, ‘kan? Buat saya sih, iya.
2. Menyediakan waktu
Ini juga hal sepele, tapi maknanya dalam. Di masa seperti ini, setiap orang sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi kalau ada orang yang bersedia meluangkan waktu untuk menampung cerita kita, buat saya itu highly appreciated deh. Tidak perlu ketemu muka. Bercakap lewat WhatsApp, itu sudah lebih dari cukup. Tidak perlu berjam-jam, lima menit saja asalkan suka rela dan tidak karena keterpaksaan, itu sudah membuat saya klepek-klepek.
3. Jujur
Saya orang yang menyukai kebenaran, sepahit apapun itu. Lebih baik minum jamu pahit tapi kemudian sehat, daripada minum minuman manis tapi ternyata racun. Tidak perlu sugar coating atau melapis kata dengan pemanis. Toh, pada akhirnya, entah bagaimana caranya, saya akan selalu tahu kebenarannya.
4. Tidak berorientasi pada materi
Uang itu penting, tapi bukan yang terpenting. Ada banyak hal yang bisa dinikmati tanpa harus bergantung pada materi. Keindahan bulan purnama, misalnya. Suara ombak. Suara jangkrik. Dingin malam. Kalau kamu bisa mengucap syukur setiap mengalami kejadian-kejadian kecil seperti itu, kamu bisa merebut hati saya.
5. Mau memahami keanehan saya
Bukan hanya keanehan, tapi juga mau memahami pribadi saya yang mungkin tidak semua orang bisa paham. BTW dulu saya menganggap diri saya ini aneh, tapi ternyata banyak juga orang yang lebih aneh dari saya. Dulu saya menganggap diri saya ini dramatis, ternyata banyak orang yang suka drama dalam hidupnya. Suka drama dalam arti menciptakan drama ya, bukan hanya sebagai penikmat.
Kelima hal di atas biasa banget, ya. Pun kalau dijalankan semuanya, belum tentu bisa membuat saya jatuh hati, kok.
Dulu waktu mahasiswa, ada beberapa cowok yang menaruh hati pada saya. Ada yang paket komplit, penuh perhatian, tidak materialistis (tapi sugih), dan sebagainya.
Tapi ya pada dasarnya saya tidak menaruh hati duluan, jadi dia mau jungkir balik kayak gimana pun, reaksi saya datar-datar saja.
*****
Lalu saya berpikir, kelima hal di atas sebenarnya saya terapkan juga saat saya ingin merebut hati seseorang.
Tapi orang ‘kan beda-beda ya.
Bagi saya, kejujuran itu penting. Tapi ada beberapa orang yang jengah apabila saya berbicara jujur. Mereka lebih suka saya bermunafik saja, daripada mereka tersakiti oleh kejujuran saya.
Bagi saya, materi itu bukan yang terpenting. Tapi ada orang yang matre banget, tentunya dengan alasan dan latar belakang sendiri.
Hal kelima tentang memahami, juga saya terapkan pada orang lain.
Apalagi sekarang-sekarang ini. Saya makin paham bahwa orang itu tidak sempurna.
Setiap orang punya keanehan masing-masing.
Dan saya berusaha memahami itu.
Perkara mereka tidak balik memahami saya, ya ndak pa-pa. Balik lagi ke premis “orang itu beda-beda”, ya ‘kan.
*****
Ada satu hal besar yang mustinya melatarbelakangi semua tindakan kita: ketulusan.
Kalau kamu bisa melakukan lima hal di atas dengan ketulusan, kamu punya peluang memenangkan hati saya. Dengan catatan: saya sudah menaruh sedikit rasa duluan ke kamu, ya.
Ketulusan itu penting.
Saking pentingnya, kalau saya marah pun, itu didasari ketulusan.
Marah karena kerjaan tim nggak beres, misalnya.
Marah karena ketidakjujuran gebetan saya, misalnya.
Saya tulus lho marah pada mereka, agar mereka jadi lebih baik ke depannya.
Etapi sekarang sudah malas marah-marah ding. Lain kali saya tulis ah perjalanan saya menekan amarah ini.
Kalau kamu, kasih tahu dong, apa saja yang bisa saya lakukan untuk merebut hatimu?