Keponakan saya akhirnya diterima kerja setelah hampir enam bulan lulus jadi sarjana. Dua bulan terakhir, sebenarnya dia sudah bekerja juga, tapi sebagai pekerja paruh waktu alias freelancer. Ketika akhirnya diterima kerja di satu perusahaan yang lumayan mapan, tentu itu satu berita yang membahagiakan.
Pekerjaan baru dia menuntut dia untuk merantau, meninggalkan kota kelahiran. Ini kali pertama dia pergi jauh. Tidak seperti saya, yang sedari SMP sudah biasa nge-bolang, hehehe.
Seorang tante kami, begitu mendengar kabar sang ponakan akan pergi merantau, langsung mengeluarkan kemampuannya: googling.
Dan hasil pencarian dia sampaikan kepada kakak saya, alias ibu keponakan saya. Kata si tante, dia menemukan berita penipuan di internet yang menyangkut nama perusahaan tempat ponakan bekerja. Tentu saja, sebagai tante yang baik, dia merasa khawatir, karena hari gini memang banyak penipuan di sana-sini, termasuk penipuan lowongan kerja.
Kami – saya dan kakak – mencoba meyakinkan tante bahwa kekhawatiran beliau tidak beralasan.
Wawancara yang diikuti keponakan lumayan panjang jenjangnya, berbulan-bulan pula. Plus, tidak ada persyaratan untuk bayar biaya apapun. Bahkan medical check-up pun dibiayai oleh perusahaan. Dan sebelum ponakan terbang menuju kantornya di pedalaman di luar Jawa, dia seminggu merasakan kantor pusat di Jakarta.
Jadi, tidak ada alasan untuk khawatir. Sudah jelas, perusahaan tersebut bukan perusahaan abal-abal.
*****
Malam ini, saya mendapati satu pertanyaan yang menggelitik di Quora. Sang penanya mengungkapkan kegusarannya. “Ada nggak sih di sini yang bisa mereferensikan pekerjaan yang tanpa dimintai biaya di awal? Setiap kali interview, ujung-ujungnya dimintai duit. Takut ini penipuan.”
Kurang lebihnya begitu. Saya malas cari lagi link-nya, meski saya sempatkan jawab.
Ini jawaban saya. “Selama saya melamar sana-sini lewat LinkedIn, Kalibrr, Glints, Jobstreet, dan berbagai platform penyedia lowongan kerja, tidak pernah saya mendapat panggilan interview yang ujung-ujungnya dimintai duit. Anda salah tempat melamar, kali?”
Plus saya tambahkan, “Kalau ada interview yang minta biaya dengan alasan macam-macam, fixed itu penipuan. Tidak usah dituruti.”
Masalahnya adalah, banyak sekali ternyata para pencari tenaga kerja yang terjebak berbagai modus penipuan. Atau, nyaris menjadi korban penipuan berkedok lowongan pekerjaan.
Berikut ciri-ciri penipuan lowongan kerja palsu yang saya kumpulkan dari berbagai sumber.
Table of Contents
Toggle1. Nama perusahaan tidak jelas
Semisal kamu googling, hasil pencarian menunjukkan hasil yang mencurigakan, semisal: tidak ada nama perusahaan yang kamu cari. Atau, kalaupun ada, diiringi dengan kesaksian cerita korban penipuan perusahaan tersebut.
2. Proses rekrutmen terlalu cepat
Kamu masukin lamaran, interview sekali, sudah, dianggap lulus interview. Bahkan, terkadang tidak ada proses interview. Dengan alasan butuh karyawan cepat, mereka berusaha meyakinkan calon korban agar tidak curiga. Tentu saja, siapa sih yang nggak akan gembira mendengar berita diterima kerja? Kegembiraan ini membuat kewaspadaan menurun, sehingga ciri-ciri penipuan bermodus lowongan kerja pun tidak terlihat.
3. Persyaratan menjadi karyawan terlalu mudah dan umum
Lowongan kerja yang memajang persyaratan terlalu mudah dan umum, tidak sesuai dengan posisi yang ditawarkan, patut kamu curigai. Ada juga yang menuliskan posisi secara umum, misalnya “Staff” tanpa penjelasan staf bidang apa atau deskripsi pekerjaannya.
4. Meminta informasi pribadi
Di zaman sekarang, data pribadi itu rawan disalahgunakan. Perusahaan yang sehat biasanya meminta data pribadi saat calon karyawan sudah melewati tahapan interview tertentu. NIK, nomor rekening bank, nama ibu kandung, dan data-data pribadi lainnya, mustahil ditanyakan pada saat interview pertama. Kamu wajib berhati-hati dan menjaga data pribadimu, jangan cuma nyalahin pemerintah kalau datamu bocor, padahal bisa jadi kamu sendiri yang obral data pribadi ke sana-sini.
5. Meminta dana dengan berbagai alasan
Pasti, penipu yang berkedok lowongan kerja ini ingin mendapatkan hasil dari upaya menipunya, dong? Jadi, nggak heran jika ujung-ujungnya duit. Mereka akan meminta dana dari calon korban dengan berbagai alasan. Misalnya, uang administrasi. Atau, uang untuk beaya training. Ini adalah ciri yang paling kentara untuk menandai seorang penipu. Tidak pernah ada lowongan kerja yang asli yang meminta beaya apapun pada si pencari kerja.
Masih ada beberapa ciri lain seperti: alamat email yang digunakan adalah email gratisan (seperti Gmail, Yahoo, dll). Atau, cara penulisan lowongan kerja yang tidak rapi, penuh kesalahan, dan terkesan tidak profesional.
Namun, perlu diingat bahwa penipu semakin pintar. Mereka selalu menemukan cara baru untuk membuat korban jatuh percaya.
Untuk mengelabui calon korban, para penipu tak segan memakai nama perusahaan terkenal. Misalnya BUMN, atau perusahaan besar lainnya.
Para penipu pun berlaku pintar dengan membuat surat berkop perusahaan yang dicatutnya itu. Sepintas terlihat asli, tetapi ujung-ujungnya tetap duit. Modus yang terkenal adalah memberitahukan pada calon korban bahwa yang bersangkutan sudah lulus untuk mengikuti seleksi tahap berikutnya. Untuk itu, korban perlu melakukan reservasi tiket transportasi dan akomodasi. Ujung-ujungnya, korban diminta mentransfer uang untuk beaya tiket dan akomodasi interview tahap berikutnya.
Fixed, ini penipuan. Pokoknya, kalau sudah meminta beaya pada si pencari kerja, itu penipuan.
Masih ada beberapa modus penipuan berkedok lowongan kerja, tapi satu saja yang perlu diingat oleh para pencari kerja: perusahaan tidak akan pernah meminta beaya pada si pencari kerja. Itu!