AWS Restart Indonesia bersama Orbit Future

Restart My Life with AWS re/Start

Pengalaman mengikuti program AWS re/Start Indonesia bersama Orbit Future Academy, gratis!

Dua tahun terakhir ini, hidup saya seperti roller coaster. Sampai sekarang pun. Walau belakangan sudah mulai membaik, puji Tuhan.

Singkat cerita di bulan April kemarin, saya dan kawan-kawan terkena badai PHK startup yang lagi ngetrend itu. Cuma, karena perusahaan kami tidak begitu terkenal, ya tidak ada media yang membahasnya. Kami pun, para korban, memilih diam saja dan melanjutkan hidup seperti biasa.

Wait, seperti biasa? Nggak juga sih.

Beberapa teman langsung mendapat pekerjaan baru. Lucky for them, para anak muda penuh bakat.

Lha, saya? Di usia yang sudah tidak muda ini, mencari pekerjaan baru kok seperti mission impossible gitu, ya. Apalagi di dunia IT yang baru saya geluti, beda dengan tourism industry di mana saya kayak sudah jadi living legend gitu.

Awalnya saya biasa saja. Kirim lamaran sesekali, sambil mengerjakan projek sampingan dengan fee tidak seberapa tapi saya perlukan demi adanya kegiatan.

Lama-lama, panik melanda. Sudah puluhan lamaran terkirim, cuma ada empat HRD yang tertarik. Itupun cuma dua yang lanjut interview, dan sudah, gitu aja.

Barulah saya serius memperbaiki resume, portofolio, sambil terus kirim lamaran. Sudah mencapai angka ratusan yang terkirim – ya, sekarang mah kirim lamaran gampang banget, ‘kan?

Di tengah-tengah keputusasaan, tiba-tiba saya melihat satu posting di LinkedIn. Ceritanya, Orbit Future Academy bekerja sama dengan AWS menyelenggarakan kelas AWS re/Start.

Gratis.

Pula, di akhir kelas, para peserta bisa mengikuti uji sertifikasi dari AWS, tanpa biaya apapun.

Menarik banget, ‘kan?

Apalagi, belakangan sebagai Product Manager, saya sering berhubungan dengan Cloud Computing.

Jadi, apa salahnya saya coba ikuti.

Kelas diselenggarakan secara online. Setiap malam, selama tiga bulan pas.

Peserta datang dari berbagai belahan Indonesia dengan bermacam latar belakang. Ada yang memang bekerja di bidang IT, ada yang seperti saya – bukan programmer tapi kesehariannya bergulat dengan software development. Mayoritas malah orang awam yang sama sekali tidak paham dunia IT.

Lewat Zoom, kami menelan satu per satu materi yang sudah disediakan oleh AWS. Materinya super komplit, deh! Tidak sekadar cloud computing, tapi juga dasar-dasar pemrograman (menggunakan Phyton), database, dan networking.

Di bulan September, kelas berakhir.

Satu per satu, kami mengikuti ujian sertifikasi AWS.

Kami bisa memilih ujian secara online, atau offline di test center yang ditunjuk.

Saya memilih yang offline saja. Pilih tempat di ASABA Tech, dengan pertimbangan selesai ujian, saya bisa nongkrong di Setiabudi, tempat penuh kenangan bagi saya (tahun 2011-2013 saya berkantor di sana, di startup yang juga gagal).

Kalau ujian online, agak ribet sih, karena kita harus memastikan koneksi stabil, dan lingkungan kondusif. Tidak boleh ada orang lalu lalang, misalnya. Suasana juga harus tenang.

Tibalah hari ujian.

Dengan Sistem Kebut Seminggu (semalam mana cukup), akhirnya saya lulus! Skor yang saya dapatkan tidak begitu membanggakan sih. Beda tipislah dengan minimum skor yang menjadi persyaratan untuk lulus.

Jadi, saya berhak memajang badge seperti di bawah ini. (Ini kalau bayar biaya tes sekitar USD 100, kalau nggak lulus, uang tidak kembali.)

AWS Certified Cloud Practitioner (CCP) ini seperti pembuka jalan bagi mereka yang mau menggeluti dunia cloud computing.

Setelah AWS CCP, tentunya masih panjang jalan yang harus ditempuh agar benar-benar menjadi seorang ahli di bidang cloud computing.

Ada berbagai jalur yang bisa kita pilih, apakah menjadi seorang solution architect, cyber security, ahli perkara machine learning, dll.

Saya sendiri saat menulis blog ini, belum menentukan mau ke mana. Karena saya masih menikmati jalan hidup saya sebagai Product Manager. Namun, saya juga menyiapkan ancang-ancang untuk memperdalam cyber security (sebelum trending, dari dulu saya sudah ingin belajar tentang ini, hanya terbentur kemalasan saja, hehehe).

Bagi saya pribadi, AWS re/Start ini seperti pertanda bahwa saya harus memulai hidup saya kembali. Tidak perlu menyerah. Akan selalu ada jalan.

Eniwei, menganggur itu tidak enak. Sangat tidak enak. Terlebih di usia yang tidak muda lagi, di dunia yang kompetisi antar jobseeker semakin tinggi.

Ya pintar-pintarnya kita saja untuk menyiasati.

Saya beruntung diberi keluarga yang selalu mendukung, dan tidak menuntut apa-apa meskipun saya tahu mereka punya banyak pertanyaan untuk saya.

Saya beruntung diberi teman-teman setia, yang selalu ada.

Saya beruntung melihat posting di LinkedIn tentang AWS re/Start, sehingga saya punya kesibukan belajar saat saya menganggur, dan mendapatkan semangat baru untuk memulai kembali.

Perjalanan saya masih panjang untuk sampai pada titik di mana saya bisa berkata, “Saya baik-baik saja.”

Tapi saya tahu, saya akan sampai ke titik itu.

Buat kamu-kamu yang baca postingan ini, yang sedang menganggur, sedang putus asa karena jobless sekian lama, saya tahu ini basi tapi tidak ada kata lain lagi: jangan menyerah.

Selalu ada jalan.

Pantengin LinkedIn.

Pantengin Orbit Future Academy – mereka punya banyak program.

Pantengin juga situs Kominfo dengan program Digitalent – kita bisa belajar gratis mengasah kemampuan.

Pantengin media sosial, tapi follow akun-akun yang membawa kemajuan bagi pembentukan karakter dan hidup kita. Misalnya, akun Dicoding yang bagi saya adalah salah satu platform belajar terbaik karya anak bangsa. #bukansponsor

Selalu ada button restart bagi kita untuk membersihkan masa lalu, dan memulai hidup yang baru.

Oya, pas banget hari ini saya nonton satu video ini di YouTube. When life falls apart, does it actually fall into place? Enjoykanlah, dan tetap semangat, ya!

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru