Work from Jogja

Work From Jogja

Tentang Jogja, saat saya work from Jogja.
Disclaimer
Belakangan saya cukup rajin berkiprah kembali di Quora, setelah menjadi anggota di sana sejak 2012. Jadi saya pikir, baik juga kalau saya arsipkan jawaban saya di sana, di blog Balepoint ini dengan kategori: Quora. Siapa tahu, kalian tertarik menjadi Quoran seperti saya dan jutaan orang lainnya.

Pertanyaan:

Bagaimana Yogyakarta dari sudut pandangmu?

Jawaban saya:

Saya memutuskan WFJ alias Work From Jogja mumpung masih belum WFO. Kota ini sarat nostalgia. Tentu saja, jaman kuliah tahun 90an dulu jauh berbeda dengan jaman sekarang. Tapi bagi saya, spirit kota ini masih sama.

Jogja memang makin ramai. Macet. Warung kopi kekinian bertebaran, sepertinya tiap 100 m ada satu warung kopi.

Tapi bergaul dengan penduduk asli Jogja (yang bukan pendatang), saya masih menemukan kearifan yang sama. Selow, woles, alon-alon waton kelakon, santuy, ramah dan selalu sigap menolong orang yang butuh bantuan. Ini mungkin kesan personal ya, orang lain mungkin punya pendapat beda karena ketemu orang yang memberikan pengalaman beda dengan saya punya.

Bagi saya, Jogja kini seperti perpaduan antara Bandung dan Bali. Kreatifnya anak-anak muda Bandung berpadu dengan kearifan budaya lokal yang langgeng, seperti Bali. Seperti Bali, Jogja juga semacam melting pot yang mempertemukan anak-anak Indonesia dari Sabang sampai Merauke, bahkan mereka dari luar negeri, yang punya misi belajar di Jogja.

Ada beberapa hal remeh dari WFJ kali ini.

Jalan kaki sepertinya bukan hal yang lumrah di sini (kecuali bagi turis). Saat tinggal di Condongcatur, saya jalan kaki keliling kampung, dan selama seminggu di sana, hanya sekali saya mendapati seorang pejalan kaki. Pun, saat tinggal di Kranggan dan beli sate di pinggir jalan, saat menunggu sate matang, si Bapak tukang sate bertanya: “motore pundi?” (Motornya mana?) Lah ngapain saya naik motor, Pak, lha wong homestay tempat saya tinggal cuma berjarak 600 meter.

Yang kedua, soal plastik. Terbiasa di Bali yang sudah hampir plastic free, di Jogja saya sempat kaget pas belanja di Alfamart dan di mana saja, selalu diberi tas plastik. Belum ada aturan pemerintah DIY untuk melarang penggunaan tas plastik ya?

Terima kasih sudah membaca.

Kalau mau nimbrung diskusi, silakan langsung cuss ke Quora.

Share:

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Tulisan Terbaru